Mohon tunggu...
Siska Alfi
Siska Alfi Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Time is precious, more than money.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Opsi Cetak Uang Mampu Redam Tekanan Ekonomi

12 Juni 2020   12:18 Diperbarui: 19 Juni 2020   09:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora mengatakan, pemerintah tengah mengkaji berbagai opsi kebijakan dan instrumen keuangan demi meredan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19. 

Salah satunya adalah dengan mencetak uang untuk membiayai defisit anggaran yang membengkak. Reza Yamora menyebutkan bahwa itu merupakan pilihan terakhir pemerintah. Ia mengatakan, hingga saat ini pemerintah masih dapat mengatasi dampak pandemi tanpa harus melibatkan BI untuk mencetak rupiah.

Sebelumnya, wacana agar pemerintah dan BI mencetak uang demi menghadapi persoalan ekonomi disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR Misbakhun. Ia melihat virus corona tak hanya menyerang kesehatan masyarakat di Indonesia, tetapi juga mengacaukan perekonomian global, dan nasional. Beberapa pengusaha terdampak pandemi Covid-19 pun mengalami kematian usaha, bahkan terjadi PHK massal dalam jumlah jutaan orang.

Misbakhun pun mengusulkan quantitative easing (QE) kepada BI, yakni mencetak uang. Ia menilai quantitative easing akan lebih baik dilaksanakan ketimbang berutang kepada IMF dan Bank Dunia. IMF dan Bank Dunia pun dinilai memiki kepentingan tersendiri yang harus dijalankan dengan menawarkan bantuan tersebut. Tidak hanya itu, hambatan dari mengajukan utang adalah kemungkinan dari dana tersebut yang tidak bisa digunakan sesegera mungkin, karena begitu banyak negara yang mengajukan bantuan dana kepada IMF dan Bank Dunia.

Quatitative easing juga dinilai sebagai kebijakan terbaik, karena dilakukan tanpa menggantungkan nasib negara pada pihak asing. BI pun sudah pernah melakukan quantitative easing dengan menginjeksi likuiditas perbankan sebesar Rp503,8 triliun.

Keputusan diambil atau tidaknya opsi quantitative easing atau mencetak uang akan bergantung pada berjalannya PSBB, menurut Reza Yamora. "Keberhasilan PSBB me-rebound posisi ekonomi ini jangan sampai severity (keparahan) dari kondisi ini jadi too costly (terlalu mahal) dan mau ga mau kami mesti ngerjain selain last resort printing money itu tadi," terang Reza.

Di kesempatan yang sama saat ini Reza pun menyambut baik nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kian menguat, ia berharap nilai tukar yang ada di posisi Rp14 ribuan per dolar USD dapat berjalan dengan stabil, sebab stabilitas perekonomian sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan bisnis para pelaku usaha di Indonesia.

Sumber 1

Sumber 2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun