Hasil quick count Pemilihan Gubernur Banten yang telah mencapai 100% menampilkan kemenangan pasangan Andra Soni-Dimyati, yang unggul 15% dari pasangan Airin-Ade. Kemenangan ini memiliki makna yang lebih dalam, tidak hanya karena mengalahkan kandidat yang berasal dari dinasti Atut, tetapi juga sebagai simbol perubahan dan harapan baru bagi masyarakat Banten.Â
Kemenangan ini semakin menegaskan bahwa politik bukanlah sekadar soal warisan atau kekuatan tradisional, tetapi soal kapabilitas dan perjuangan.
Selain mengalahkan Ibu Airin, yang merupakan adik ipar dari mantan Gubernur Ratu Atut Chosiyah, Andra Soni juga berhasil meruntuhkan dinasti politik yang telah lama menguasai Banten. Fakta bahwa Andhika Hazrumi, putra pertama dari Atut yang mencalonkan diri di Kabupaten Serang, juga tumbang, menambah lapisan penting bagi perubahan yang sedang terjadi.Â
Ini menjadi titik balik yang mengisyaratkan bahwa masyarakat Banten mulai lelah dengan dinasti politik dan mendambakan pemimpin yang dapat mewakili mereka tanpa latar belakang privilege atau kekuasaan warisan.
Melihat sosok Andra Soni, yang memulai karir dari bawah tanpa dukungan khusus, memberikan inspirasi luar biasa. Lahir dari keluarga petani di Payakumbuh, Sumatera Barat, Andra melalui berbagai kesulitan hidup dengan semangat tinggi untuk mengubah nasib.Â
Dari pengantar surat, beliau berhasil meniti karir dan akhirnya mencapai posisi puncak di Banten. Keberhasilannya adalah bukti bahwa tekad dan kerja keras mampu mengatasi segala keterbatasan. Andra adalah contoh nyata bahwa politik haruslah diisi oleh mereka yang memiliki kemampuan, bukan hanya mereka yang dilahirkan dengan privilese.
Namun, perjalanan menuju perubahan ini tidak akan mudah. Pasangan Andra-Dimyati, meskipun telah memenangkan hati banyak pemilih, harus menghadapi tantangan besar dalam mengimplementasikan janji-janji kampanye mereka. Masyarakat Banten membutuhkan pembangunan yang inklusif, pemerintahan yang transparan, dan kebijakan yang tidak hanya berpihak pada kelompok tertentu.Â
Salah satu isu yang harus segera diselesaikan adalah kesetaraan gender, terutama mengingat pernyataan kontroversial dari Mr. Dim yang sempat menyatakan bahwa peran gubernur terlalu berat untuk seorang wanita. Pernyataan tersebut, meskipun mungkin tidak bermaksud buruk, perlu dijadikan pelajaran agar dapat lebih bijak dan sensitif terhadap isu kesetaraan gender.
Pasangan Andra-Dimyati harus mampu memperbaiki citra dan belajar dari kesalahan tersebut. Mereka harus menunjukkan bahwa kesetaraan gender adalah bagian dari komitmen mereka dalam membangun Banten yang lebih inklusif. Ini bukan hanya soal hak-hak politik, tetapi juga tentang memperjuangkan akses yang setara bagi setiap warga Banten, tanpa memandang gender, suku, atau latar belakang sosial-ekonomi.
Dengan menunggu hasil real count dan penetapan resmi dari KPU, pasangan ini harus mempersiapkan langkah-langkah konkret untuk membawa Banten ke arah yang lebih baik. Masyarakat sudah menunjukkan harapan besar kepada mereka, dan sekarang saatnya untuk memenuhi harapan itu dengan kerja nyata.