Sore ini, pada 11 Oktober 2024, Kabupaten Tangerang kembali mengalami hujan deras dengan intensitas yang bervariasi. Meski curah hujan yang turun bisa dibilang tidak terlalu ekstrem, namun dampaknya sangat terasa. Hampir seluruh jalan protokol di kabupaten ini tersendat, bahkan hampir lumpuh akibat kemacetan yang parah. Fenomena semacam ini bukanlah hal baru, namun seolah menjadi rutinitas yang terus berulang tanpa solusi nyata.
Beberapa tahun terakhir, kita sering mendengar klaim bahwa Jakarta akan tenggelam karena meningkatnya permukaan air laut, namun kenyataannya, Kabupaten Tangerang yang justru lebih rentan untuk "tenggelam" akibat buruknya manajemen infrastruktur dan sistem drainase. Seringkali, hujan deras hanya menjadi pemicu bagi potensi bencana kemacetan parah yang tidak dapat terhindarkan. Dalam waktu singkat, jalan-jalan yang padat pun berubah menjadi lautan mobil, di mana kendaraan hanya bergerak dengan kecepatan mirip siput.
Masalah utama yang harus segera diselesaikan adalah ketidaksiapan infrastruktur di Kabupaten Tangerang dalam menghadapi curah hujan tinggi. Drainase yang buruk menjadi salah satu faktor utama terjadinya banjir lokal, sementara kemacetan semakin parah karena tidak ada alternatif transportasi publik yang memadai. Selain itu, pembangunan yang cepat tanpa perencanaan yang matang juga memperburuk keadaan. Kawasan perumahan dan pusat perdagangan yang terus berkembang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan atau ruang terbuka hijau yang memadai.
**Solusi yang Harus Segera Diterapkan:**
1. **Revitalisasi dan Pembenahan Drainase:** Pemerintah Kabupaten Tangerang harus segera melakukan perbaikan dan revitalisasi sistem drainase, dengan memastikan aliran air dapat mengalir lancar. Investasi dalam infrastruktur ini akan membantu mengurangi risiko banjir dan genangan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
 Â
2. **Peningkatan Transportasi Publik:** Untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, perlu ada peningkatan sistem transportasi publik yang efisien, aman, dan terjangkau. Pengembangan bus Trans Tangerang, kereta api ringan, dan sistem angkutan berbasis online harus diperkuat.
3. **Perencanaan Kota yang Berkelanjutan:** Pembangunan wilayah Kabupaten Tangerang harus lebih mengutamakan aspek perencanaan kota yang berkelanjutan. Ruang terbuka hijau, jalan yang cukup, dan sistem transportasi yang menyeluruh adalah kunci untuk mengurangi tekanan pada infrastruktur jalanan yang sudah sesak.
4. **Sosialisasi dan Edukasi:** Pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan, agar sistem drainase tidak tersumbat.
Jika tidak ada upaya konkret untuk menanggulangi masalah ini, mungkin kita bisa menunggu warga Kabupaten Tangerang untuk "tua di jalan" --- menghabiskan sebagian besar hidup mereka terjebak dalam kemacetan yang tak berujung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI