Di tengah bayang-bayang konflik Israel-Palestina, suara perempuan dan anak-anak sering kali terpinggirkan, menjadi korban bisu dari kejahatan yang berlangsung. Mereka bukan sekadar statistik; mereka adalah individu-individu yang kehilangan segalanya---dari suami yang tewas di serangan udara hingga anak-anak yang terpaksa menyaksikan kekejaman di depan mata. Saat kita berbicara tentang ini, kita tidak hanya membahas angka, tetapi tragedi hidup yang terurai dalam setiap narasi mereka. Kita harus menyadari bahwa ini bukan lagi sekadar konflik antar negara, tetapi kejahatan internasional yang merenggut nyawa tanpa rasa kemanusiaan.
Perempuan, yang seharusnya menjadi pelindung keluarga, kini dihadapkan pada trauma yang membekas. Banyak yang kehilangan orang terkasih dan, dalam prosesnya, kehilangan harapan. Untuk mengatasi hal ini, kita perlu mengimplementasikan program pemulihan psikososial yang menyeluruh---bukan sekadar terapi, tetapi juga pelatihan keterampilan yang memberi mereka kesempatan untuk bangkit kembali. Memberikan akses ke pendidikan dan pelatihan kerja adalah langkah konkret yang dapat membantu mereka meraih kembali kendali atas hidup mereka di tengah kekacauan.
Sementara itu, anak-anak terjebak dalam siklus ketakutan dan kehilangan. Masa depan mereka terenggut, dikhianati oleh kenyataan yang mengerikan. Kita harus bertindak dengan membangun sekolah darurat dan memberikan akses pendidikan yang aman. Pendidikan jarak jauh harus dioptimalkan untuk memastikan mereka tidak kehilangan tahun-tahun berharga dalam perkembangan mereka. Selain itu, bantuan kemanusiaan harus disalurkan tanpa hambatan, agar mereka dapat merasakan sedikit ketenangan dalam hidup yang terpuruk.
Serangan yang terus menerus pada infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan sekolah, adalah pelanggaran hak asasi manusia yang tak tertanggungkan. Di sinilah pentingnya pengawasan internasional yang ketat. Kita harus membentuk tim pemantau independen yang mampu mengawasi dan melaporkan pelanggaran ini secara transparan. Akuntabilitas harus ditegakkan agar para pelaku kejahatan tidak dapat lolos dari jerat hukum, dan perempuan serta anak-anak yang rentan mendapat perlindungan yang mereka butuhkan.
Kejahatan ini harus dihentikan sesegera mungkin. Setiap hari yang berlalu, semakin banyak nyawa yang melayang dan semakin dalam luka yang ditinggalkan. Di balik semua ini, kemana peran organisasi perdamaian dunia? Aksi boikot sudah banyak dilakukan, namun dukungan finansial tanpa batas dari Amerika Serikat terus mengalir untuk menyokong tindakan genosida yang dilakukan Israel. Lantas, kemana perempuan dan anak-anak Palestina harus berlindung di tanah yang penuh darah ini? Mereka terjebak dalam kekacauan, dengan harapan yang semakin pudar. Kita tidak hanya perlu mendengarkan, tetapi juga bertindak. Membangun jaringan dukungan yang melibatkan organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal akan menjadi jembatan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman. Setiap langkah nyata yang kita ambil akan membangun fondasi keadilan dan perdamaian yang berkelanjutan.
Dalam menghadapi kejahatan ini, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi mereka yang paling rentan. Keberanian perempuan dan anak-anak di tengah kegelapan adalah seruan untuk keadilan yang tak bisa diabaikan. Kita harus berjuang, bukan hanya untuk mendengarkan, tetapi untuk memberi mereka suara dan aksi yang dapat mengubah nasib mereka. Keberlanjutan hidup mereka tergantung pada tindakan kita sekarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI