Tanpa disadari juga, akhirnya menjadi negara pertama di Asean yang memiliki jumlah tertinggi orang terinfeksi virus dan meninggal.
Ini sangat memalukan bagi Indonesia di mata internasional, Â dianggap sebagai bangsa lemah karena tidak mampu melakukan upaya pencegahan dengan baik. Dapat dibaca dengan sederhana bahwa pemerintah Indonesia belum memiliki kemampuan baik untuk menjaga dan melindungi rakyatnya dari serangan wabah virus, apakah karena terlalu fokus pada kepentingan kelompoknya masing-masing, lupa jika Indonesia dipantau dunia. Kemampuan sebuah negara dapat mengatasi masalah yang dihadapi dengan cepat adalah bukti bahwa negara tersebut memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Apalagi Indonesia memiliki Pancasila dimana pada sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, Â paradoks pada kenyataannya.
Semoga yang dilalui semua ini menjadi intropeksi bagi pemerintah utamanya dan masyarakat Indonesia umumnya. Sampai kapan kondisi seperti ini terjadi? Dapatkah ditekan angka orang terinfeksi virus?
Saya dan kita semua bukan peramal, tapi jika melihat sikap dan perilaku yang terlihat selama ini sejak awal wabah masuk, dapat diprediksi akan seperti apa kelanjutannya, bukan bermaksud pesimis namun akan semakin berat beban kita semua.
Indonesia sebagai negara yang terkenal spiritualitasnya sejatinya dapat mengendalikan diri dengan baik, apalagi jika menghadapi dinamika yang sangat dinamis, justru situasi ini dapat membuat kita semua saling menguatkan untuk terhindar dari wabah. Dalam scope kecil saja seorang teman dokter kesulitan mengendalikan keadaan di lingkungannya dalam situasi wabah begini. Masih banyak masyarakat yang tidak patuh pada aturan bersama di ruang publik misal untuk selalu memakai masker jika berada di luar rumah, menjaga jarak jika keluar rumah, hindari kerumunan dan rajin mencuci tangan dan gunakan sanitizer (3 M). Dilihat dari kelompok masyarakat yang kecil itu sebagai cermin bagaimana sulitnya mengatur masyarakat pada scope yang lebih luas. Walau saat ini sudah dilakukan penyuntikan vaksin, bukan serta merta kita bisa mengabaikan prokes 3 M di ruang publik. Â
Kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk terus disiplin, mengingat sudah banyak keluarga, kerabat, sahabat, teman yang terinfeksi, jika setiap pribadi peduli maka keluarga kan terselamatkan otomatis lingkungan lebih luas, karena setiap orang/kelompok sudah komitmen secara mandiri untuk terhindar dari wabah dan selamat. Tidak ada lagi kata-kata yang bisa disampaikan kecuali kata penyemangat bahwa virus wabah ini adalah musuh kita bersama, musuh bangsa Indonesia dan seluruh manusia di bumi.
Jadikan ini sebagai momen untuk merenung, berpikir dan bertindak rasional, jujur dalam menjalankan tanggung jawab bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Kesampingkan ego kepentingan politik, nyawa bangsa Indonesia harus diselamatkan dulu. Hilangkan pikiran untuk mengambil keuntungan lebih banyak untuk kepentingan golongan dalam bentuk apapun, jika bekerja dengan sikap berani, tulus serta kesetiaan terhadap bangsa dan negara Indonesia semua menjadi lebih ringan.
Tampilkan bahwa bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang berbudaya, jika bertemu orang asing sangat ramahnya, lalu mengapa tidak lebih ramah kepada bangsa sendiri?
Jakarta, 28.01.2021
Dr. SusiLawati MA., M.Han
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H