Mohon tunggu...
Sisilia Margaretha
Sisilia Margaretha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 7 di Universitas Negeri Surabaya

Memiliki hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiktok sebagai Media Memperkenalkan Tuna Rungu

25 Desember 2023   21:53 Diperbarui: 25 Desember 2023   21:55 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak pandemi Covid-19, Pengguna Tiktok terus meningkat. Pada bulan April 2023 tercatat pengguna di Indonesia mencapai 112,97 juta pengguna menurut laporan We Are Social. Pengguna tiktok sendiri kebanyakan dari usia 18-24 tahun.

Tiktok sendiri merupakan salah satu media sosial. Media sosial adalah media yang menggunakan internet sebagai penghubungnya dan penggunanya dapat memperkenalkan dirinya sehingga bisa berinteraksi, bekerja sama, berbagi dan berkomunikasi dengan pengguna media sosial lainnya, dan membentuk lingkup pertemanan dalam jaringan (Nasrullah, 2017).

Kaum minoritas sering kali terabaikan di masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyuarakan suara mereka sebagai kaum minoritas, media sosial menjadi tempat yang dipilih untuk menyuarakan suara mereka. Media sosial digunakan untuk memberikan pandangan mereka sebagai kaum minoritas, memberikan informasi tentang budaya mereka sebagai kaum minoritas, dan memberikan persepsi kepada masyarakat tentang kaum minoritas.

Sebagai salah satu media sosial paling banyak penggunanya, tiktok menjadi media yang pas untuk kaum minoritas untuk memperkenalkan tentang budaya mereka. Tuna rungu menjadi salah satu kaum minoritas yang masih kurang dipahami budayanya oleh masyakarat.

Karena tiktok menjadi media yang semua orang bisa mengaksesnya, jadi ada beberapa teman-teman tuna rungu, yang menjadikan tiktok sebagai media untuk memperkenalkan tentang tuna rungu.
Dengan menggunakan media sosial, teman-teman tuna rungu tersebut mengenalkan tentang bahasa isyarat, bagaimana mereka beraktivitas sehari-hari, pandangan mereka tentang cara masyarakat memandang mereka, dan lain-lain. Mereka berharap dengan mengenalkan tuna rungu kepada masyarakat, pandangan masyarakat bisa berubah kepada mereka secara perlahan. Masyarakat jadi tidak menganggap remeh mereka.

Salah satu teman tuna rungu yang membuka akun tiktok untuk memperkenalkan tentang tuna rungu adalah @jennifernatalie_. Ia dan suaminya merupakan teman tuna rungu, namun anak mereka tidak tuna rungu seperti mereka kedua orang tuanya.

Ia memberikan edukasi tentang tuna rungu kepada pengguna tiktok. Di akun tiktoknya ia memberikan edukasi tentang tuna rungu seperti hal-hal yang jangan dikatakan kepada tuna rungu, bagaimana berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, bagaimana anaknya yang tidak tuna rungu menjadi penyambungnya dengan masyarakat luar, dan masih banyak lagi.

Jennifer menjadi salah satu contoh bagaimana kaum minoritas menyuarakan suara mereka. Tentang bagaimana teman tuna rungu sering diremehkan karena tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Juga tentang teman tuna rungu sering dikira sebagai penyakit turunan, tapi Jennifer membuktikan tuna rungu bukan penyakit turunan, dengan menunjukkan anaknya yang bisa mendengar dan berbicara seperti orang normal.

Terkadang orang-orang yang berkomentar di akun Jennifer hampir sama dengan komentar yang diutarakan saat bertemu secara langsung dengan teman tuna rungu. Komentar tersebut yang terkadang bisa menyakiti hati, diungkapkan Jennifer melalui video di akun tiktoknya. Karena terkadang masyarakat berkomentar tanpa memikirkan apakah komentar tersebut pantas atau tidak. Jennifer menyuarakan ketidak sukaannya pada beberapa komentar melalui video di akun tiktoknya agar lain kali ketika masyarakat bertemu dengan teman tuna rungu, untuk tidak berkomentar hal yang sama.

Melalui akun tiktok Jennifer tersebut dapat dilihat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ia sedang menyuarakan suara teman tuna rungu yang mana merupakan kaum minoritas di Indonesia. Tanda tersebut dapat dianalisis melalui analisis semiotika. Preminger (2001) mengatakan bahwa fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda, dimana semiotika mempelajari tentang tanda-tanda seperti sistem, aturan, konvensi yang mungkin mempunyai arti.

Tanda-tanda yang dapat dilihat melalui akun tiktok Jennifer seperti ketika ia membuat video berjudul "Things not to say to deaf people". Video tersebut dibuat untuk mewakili teman-teman tuna rungu ketika ada masyarakat yang berkomentar mengenai tuna rungu. Ia membuat video tersebut menggunakan bahasa isyarat juga dalam videonya untuk menandakan bahwa ia juga merupakan tuna rungu, oleh karena itu ia bisa merasakan perasaan yang dirasakan oleh teman-teman tuna rungu mengenai komentar masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun