Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Betulkah Kita Rindu Ramadan?

12 Juni 2018   10:20 Diperbarui: 12 Juni 2018   10:29 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pinguinshowtime.wordpress.com)

Sebagai ibadah personal, yang bisa dikatakan hanya kita dan Allah saja yang tahu. Puasa Ramadan bukan hanya menantang kita untuk lebih jujur pada diri sendiri, tetapi juga menekankan bahwa kita manusia, sebenarnya hanyalah makhluk yang lemah.

Bayangkan saja, tanpa kasihNya, mana mungkin kita bisa bertahan 12-13 jam tanpa makan dan minum, dan Alhamdulillahnya masih tetap hidup. Bahkan di belahan dunia lain yang Ramadan jatuh saat musim panas, puasa bisa jauh lebih lama lagi dan syukurnya mereka bisa bertahan puasa sebulan penuh dan masih sehat wal afiat.

Ibadah rutin setahun sekali ini bukan hanya ajaib karena manfaatnya secara spiritual, tetapi juga dampak positifnya terhadap kesehatan yang luar biasa. Dikutip dari berbagai ahli kesehatan, puasa di bulan Ramadan memberikan kesempatan pada tubuh kita untuk detoksifikasi rutin dan membantu meningkatkan fungsi otak. Dan bila kebiasaan ini diteruskan di bulan-bulan berikutnya paling tidak, seminggu sekali, hasilnya akan jauh lebih mengagumkan. Kita akan terhindar dari berbagai penyakit lahiriah seperti penyakit jantung dan peradangan dalam tubuh.

Daftar keistimewaan puasa tidak hanya sampai disitu saja, selain kesehatan fisik yang dapat kita peroleh, dari segi batiniah, berpuasa membantu kita untuk menjadi lebih empati, dermawan, mampu menahan emosi. Oleh karena itu, setelah sekian lama menjalani puasa secara rutin negara kita ini bisa dibilang merupakan bangsa yang waras secara badaniah dan batiniah. Betul apa betul?

Mari kita analisis baik-baik, bila kita rajin berpuasa dan beribadah di bulan puasa, dampak positifnya sangatlah banyak. Beberapa di antaranya sudah disebutkan tadi. Dengan tiap tahun kita, negara mayoritas muslim, selalu semarak merayakan Ramadan dan Idulfitri, tentu secara teoritis, korelasi frekuensi puasa kita harusnya berbanding lurus dengan perbaikan negeri. Semakin banyak berpuasa, semakin banyak umat islam yang semakin soleh. Oleh karena itu, KKN harusnya tiap tahun menurun, bukan bertambah. Itu teorinya.

Baik, tidaklah perlu kita berpanjang-panjang berteori. Yang penting, umat islam itu selalu rindu Ramadan dan menyambutnya dengan bahagia sentosa. Coba perhatikan sekeliling kita, menjelang dan sesudah bulan puasa usai, baliho masjid dan timeline sosial media dipenuhi ungkapan rindu Ramadan.

Bagaikan kekasih yang kangen berat, kita selalu menyambutnya dengan antusias. Untuk menyemarakkannya, kita bahkan mau repot-repot beli petasan plus kembang api, hingga sudi bangun lebih awal dan kemudian berpawai keliling memukul kentongan serta drum-drum besar untuk mengajak warga satu kampung sahur.

Semangat yang sama pun berlaku di masjid. Bila di hari-hari awal, saf sampai meluber ke teras. Kini, barisan salat pun memperlihatkan kemajuan. Hanya ada dua-tiga saf di belakang imam. Tempat i'tikaf pun mulai berpindah tempat, dari masjid ke pusat perbelanjaan.

Semarak buka puasa bersama malah lebih sering mengalahkan keinginan untuk menyegerakan salat maghrib yang kemudian dilanjutkan isya' dan tarawih. Santap sahur yang seharusnya diisi dengan syahdu bersama sanak keluarga, malah sering berakhir dengan ricuh hingga melayangnya beberapa nyawa tak berdosa. Dari sini, saya bisa menyimpulkan bahwa Ramadan memang betul-betul umat islam rindukan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun