di bangkai perahu ini, tak kukenali tubuhku
 seperti seorang nelayan yang tak mengenal laut, perahu, dan jala
sedari tadi, tatkala nahkoda kapal menarik sauh, mendadak terasa aku telah kehilangan sepasang lengan tangan yang kupakai memelukmu, kala hujan turun
sekonyong-konyongnya, perahu reyot ini hendak pergi membawamu; membawa lenganku
di sudut bumi mana hendak dituju? Barangkali di langit? Ataukan, di sebuah tempat yang paling liar?
kau tahu sendiri! Hari yang menjemukan adalah ketidakhadiranmuÂ
begitujuga, kopi yang kuseruput di tubuh pagi, terasa hambar
sesari aroma kopi adalah aroma tubuhmu.
Ambon, 3 Maret 2017
Ishak R. Boufakar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!