Mohon tunggu...
Ishak R. Boufakar
Ishak R. Boufakar Mohon Tunggu... Pegiat Literasi -PI -

Pegiat Literasi Paradigma Institute Makassar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Idul Fitri Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

4 Juli 2016   22:05 Diperbarui: 5 Juli 2016   07:43 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: slideplayer.info

Menuju khasanah Idul Fitri, di sana sini terdengar riuh Tauhid, Tahlil,dan Tahmid membela semesta, tak ketinggalan pernak-pernik memeriahkan Idul Fitri bergelantungan di jalan dan di mukim desa dan kota. Tak sekedar meramaikan, maknanya pun dipetik. Hal ini, menandakan bahwa Idul Fitri tak hanya perayaan serimonial semata, melainkan sebuah ekspresi, perasaan seseorang terhadap pemujaannya. Sehingga, Idul Fitri menjadi instrumen menyampaikan perasaan seseorang atau komunitas sebagai rasa cintanya tehadap Tuhan.

Ketiga, Idul Fitri berfungsi sebagai komunikasi ritual. Erat hubungannya antara komunikasi ekspresif dan komunikasi ritual, komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif, rites of passage, dalam bahasa antropologi, termasuk di dalamnya perayaan Hari Raya Idul Fitri, dilakukan secara kolektif di masjid atau di lapangan terbuka.

Perayaan Idul Fitri juga bersifat ekspresif, di mana seseorang atau komunitas menyatakan perasaan terdalamnya. Misalnya, jumlah para mudik lebaran yang sangat meningkat tiap tahun, orang-orang rela desak-desakan di terminal, jalan, dan pelabuhan, semata-mata demi mentunaikan lebaran bersama kaum kerabat di kampungnya, ini merupakan bentuk ekspresi kecintaan yang sangat mendalam.

Dan juga perayaan Idul fitri berfungsi sebagai komunikasi ritual, biasanya lewat ucapan-ucapan lebaran yang terpasang pada baliho-baliho atau lewat iklan-iklan media massa. Dan terkadang komunikasi ritual ini juga bersifat kultur, misalnya, menziarahi makam kaum kerabat, penyembelihan hewan dan pembacaan syukuran; jalan Awat oleh masyarakat Seram Timur.

Syahdan, perayaan Hari Raya idul fitri tak hanya kepatuhan terhadap hukum syar'i; ketundukkan terhadap perintah Tuhan, melainkan ada pesan lain yang dipetik dari perayaan tersebut, yaitu sebagai media komunikasi, guna membina hubungan antarsesama dan memperbaiki hubungan antara mahluk dan Tuhan, baik secara vertikal maupun horizontal. 

Sebab, perayaan Idul Fitri sebagai instrumen pernyataan perasaan-perasaan seseorang atau komunitas terhadap sesama dan juga kepada Tuhan. Selangkah lagi kita telah menang, kembali suci laksana kapas, tak lengkap jika dendam masih terpenjara dalam diri. Akhirnya lisan yang baik adalah mohon maaf lahir dan batin.

“Tak masuk surga bagi mereka yang memutuskan tali silaturahim…

Ishak R. Boufakar/ Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsat Makassar/Pegiat Literasi Paradigma Institute Makassar***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun