Pagi-pagi dia berangkat dari rumah menuju kantor. Sengaja dia berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan di hari Senin pagi di ruas jalan Sidoarjo - Surabaya yang berjarak kira-kira 30 km dengan sepeda motornya.
Rupanya dia kepagian sampai kantor, sehingga harus menunggu kedatangan si juru kunci, yakni penulis sendiri, untuk beberapa menit. (Maaf ya.... macet, cuman beberapa menit aja kok)
Begitu kantor dibuka, ia langsung meletakkan tas ransel, helm dan jaketnya di meja lalu mengambil peralatan untuk mengepel lantai dan segera membersihkan ruangan. Waktu terus berjalan, tak terasa sudah 40 menit ia membersihkan ruangan dan jam sudah menunjuk pada pukul 08.30, waktu dimana ia harus segera berangkat kuliah yang dimulai pada pukul 09.00. Karena takut terlambat, dan teringat akan ancaman dosennya bahwa kalau terlambat pada mata kuliahnya tidak boleh masuk ke kelas, segera dia tancap sepeda motornya. Greng... greng.... greng..... wussshhh...........
Kira-kira pukul 11.00 dia kembali ke kantor. Kalau di kantor tidak ada yang dikerjakan, dia mengerjakan tugas kuliahnya. Saya tidak tahu persih dia mengerjakan tugas apa. Di mejanya terlihat setumpuk kertas folio bergaris dan tangannya meng-klak klik mouse untuk searching artikel.
Pada saat jam makan siang, dia bertugas membeli makanan jika ada yang pesan, di warung-warung sekitar kantor.  Setelah itu dia kembali lagi ke kampus karena ada kuliah lagi jam 13.00. Greng ... greng... greng... wussshhh.....
Sekitar pukul 16.00 ia kembali lagi ke kantor dengan wajah terlihat letih namun tetap tersenyum. Tak berapa lama ada salah satu staff yang minta tolong untuk dibelikan gorengan. Ia pun segera berangkat dan kembali dengan menjinjing tas plastik berisi gorengan.
Setiap hari Senin memang seperti itu kebiasaannya. Jam 09.00 ada mata kuliah "Termodinamika Dasar" dan jam 13.00 ada mata kuliah lagi yaitu "Mekanika Teknik". Tapi kedatangan kembali dia ke kantor bisa berubah, kalau kebetulan dosen tidak masuk, dia bisa kembali lebih awal. Sebaliknya, kalau ada tugas kuliah dan harus dikumpulkkn saat itu juga, dia mengerjakan tugas dulu di kampus, baru kembali ke kantor.
Jadwal kuliah tiap semester dia berikan ke pimpinan dan di-cc kan ke saya. Karena saya yang sering jaga gawang alias di kantor. Begitu juga kalau ada Ulangan Tengah Semester atau Ulangan Akhir Semester, jadwal sudah tertempel di mejanya, mejaku dan meja beliau (pimpinan).
Dia sudah menjalani ini selama hampir satu tahun di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Surabaya. Namanya Udin. Nama sebenarnya. Umurnya kira-kira 20 tahunan. Saya menulis tentang dia ini tanpa sepengetahuannya. Rencana saya, kalau tulisan saya ini dimuat di lembar Kompasiana yang terbit setiap Kamis, baru saya tunjukkan ke dia hehehe.......
Udin adalah office boy di tempat kerja saya. Ia tinggal dengan ibunya seorang diri. Bapaknya sudah meninggal kira-kira dua tahun yang lalu karena komplikasi berbagai penyakit. Ibunya mempunyai warung kecil untuk kebutuhan hidup sehari-hari.  Dia anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya kerja di proyek bangunan tamatan SMP. Udin sendir adalah tamatan SMK jurusan teknik Mesin dengan nilai ijasah yang lumayan bagus.  Walaupun tamatan SMK dengan nilai bagus, dia tidak malu menjadi seorang office boy. Karena itulah pimpinan memberikan ia beasiswa untuk meneruskan kuliah.
Menjadi seorang penerima beasiswa dari kantor di tempat dimana dia bekerja tentu tidak mudah. Ia harus pandai mengatur waktu antar pekerjaan dan kuliah. Selain itu ada ada syarat-syart tertentu dari perusahaan supaya ia tetap mendapatkan beasiswa.