Mohon tunggu...
Sisca Henlita
Sisca Henlita Mohon Tunggu... -

Kata saya, kata kamu, kata kita semua... :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Logical Framework Approach (LFA) Sebagai Alat Analisis Evaluasi

13 Juni 2013   22:24 Diperbarui: 4 April 2017   18:10 15411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deskripsi Teknik Analisa LFA

Logical Framework Approach / LFA adalah salah satu alat analisis yang baik dalam penilaian, tindak lanjut dan evaluasi suatu proyek dengan menggunakan pendekatan logika.  Menurut Milica (2011) dalam bukunya yang berjudul “Guide To The Logical Framework Aprroach” menjelaskan bahwa LFA dirancang untuk mengatasi tiga pokok masalah dasar dalam pelaksanaan suatu proyek, yaitu:

1.Perencanaan proyek yang terlalu samar,

2.Tanggung jawab manajemen proyek yang tidak jelas

3.Ketidaksepakatan para stakeholders terkait dalam proses pengevaluasian suatu proyek, biasanya ketidakpastian ini merupakan proses yang saling berlawanan karena terdapat ketidaksepakatan antara stakeholders terkait untuk memastikan seperti apa tujuan dari proyek ini benar-benar dapat dikatakan telah tercapai.

Pendekatan logika yang dimaksud dalam LFA ini adalah membangun hierarki kerangka logis yang berorientasi pada tujuan proyek tersebut. LFA adalah jenis khusus model logika atau pendekatan logika untuk membantu mengklarifikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi hubungan kausatif antara input, process, output, outcome dan immpact. Berdasarkan tujuan tersebut, pada dasarnya menurut Dadang (2012), menjelaskan bahwa model teori dari LFA dalam proses pengevaluasian suatu proyek/program dapat dijelaskan pada bagan berikut:

Gambar 1.1

Logic Model Theory

Sumber : Dadang Solohin, Logframe Analysis dan Pengembangan Instrumen Monitoring dan Evaluasi Tahun 2012

Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dijelaskan bahwa logic model secara teori prinsip penggunaan instrument LFA dalam evaluasi suatu proyek/program pada kenyataanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.Proses evaluasi proyek/program tidak bersifat linear, melainkan dinamis yang jarang mengikuti urutan yang runtut.

2.Fokus pada nilai kebermanfaatan/dampak dari proyek/program dengan tidak mengesampingkan kemungkinan adanya manfaat lain yang timbul tanpa disengaja dan tanpa diharapkan, baik nilai kebermanfaatan itu bersifat positif, negated maupun bersifat netral.

3.Model logic menghadapi tantangan cirri kasual, yaitu apabila digambarkan secara langsung, tidak dapat terlihat hubungan sebab-akibat atau hubungan tujuan-dampak dari proyek/program secara langsung. Namun bukan berarti program tersebut dikatakan tidak berhasil, karena kemungkinan besar program sebagai salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi dampak.

4.Adanya faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh dan perlu dipertimbangkan

Prinsip LFA tersebut pada dasarnya, suatu pembangunan terletak pada bagaimana partisipasi para stakeholders dan pentingnya tujuan yang jelas dari suatu proyek/program. Dalam pratiknya, LFA bukan bersifat tidak runtut ataupun tidak terstruktur namun dikarenakan secara prinsip LFA fokus pada mengevaluasi secara kerangka logis antara dampak/nilai kebermanfaatan apakah telah sesuai dengan tujuan dari proyek/program tersebut atau tidak, maka metode penyusunannya berawal dari impact hingga input.

Metoda Teknik Analisa LFA

Dalam proses pengevaluasian suatu proyek/program dengan menggunakan alat analisis Logical Framework Approach / LFA terdiri dari beberapa tahapan yang menjadi fokus dari penerapan Logical Framework Matrix, antara lain :

1.Memahami hubungan antara Goals, Purpose, Outputs dan Activities yang disusun dalam matrix atau biasa disebut logframe matrix (lihat Tabel 1.1)

Tabel 1.1

Logical Framework Matrix

13711362681728926062
13711362681728926062

Sumber: Keerti, The Logical Framework Approach.

Berikut keterangan lebih rinci terkait Tabel 1.1 : a.Goals Dalam kerangka logis (logframe) adalah tingkatan dengan tujuan tertinggi, merupakan hasil akhir tetapi  diluarcontrol program. b.Purpose atau sasaran program Merupakan Rincian/Bagian dariGoal, namunobjectivesatau sasaran ini selalunya diluar kontrol program.GoaldanPurpose diluar kontrol program karena kegiatan-kegiatan tidak langsung mempengaruhinya tetapi dapat dicapai dengan gabungan beberapa dari program yang satu dengan program yang lainnya. c.Outputs adalah hasil spesifik apa yang harus diperoleh sesudah program berakhir d.Activities adalah kegiatan-kegiatan atau proses apa yang harus disusun untuk memperolehoutputs selama proyek/program berlangsung.

2. Memahami logika vertical dan logika horizontal dari Tabel 1.1.

a. Maksud dari logika vertical adalah runtutan bagaimana proses pelaksanaan proyek menghasilkan output yang diinginkan sesuai dengan tujuan proyek/program yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat mencapai goal/maksud dilaksanakannya proyek/program ini ingin menyelesaikan masalah pembangunan yang melatarbelakangi pelaksanaan program/ proyek.

137113656569042123
137113656569042123

Gambar 1.2

Logika Vertikal Pada Logical Framework Matrix

Sumber : Keerti, The Logical Framework Approach

b. Maksud dari logica horizontal adalah adanya maksud dari masing-masing indikator menjadi informasi yang dikumpulkan dan dijelaskan dalam verivikasi yang lebih spesifik. (Lihat Tabel 1.2 dan 1.3)

13711368521756469681
13711368521756469681

Gambar 1.2

Logika Vertikal Pada Logical Framework Matrix

Sumber : Keerti, The Logical Framework Approach

3.Kriteria indikator dari Tabel 1.1

Maksud dari kriteria indikator dalam Objectively Verifiable Indicators (OVI) adalah indikator verifikasi sasaran tujuan, mengarahkan kita untuk bagaimana kita tahu bahwa program itu berhasil, membantu kita untuk klarifikasi, membantu kegiatan monitoring dan evaluasi  dan penggunaannya   atau indikatornya dibuat dengan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realibility and Timely).

4.Cara verivikasi Tabel 1.1

Maksudnya cara verifikasi pada Tabel 1.1 adalah Means of Verificationatau disingkat (MOV)  atau dalam bahasa Indonesia disebut dengana cara verifikasi yaitu  Data-data yang bisa menunjang, sejauh mana data yang dikumpulkan tersebut bermanfaat. Contoh hasil penelitian,  Data SDKI, Sensus dan lain-lain.

5.Asumsi dan resiko pada Tabel 1.1 perlu diidentifikasi pada tahap penyusunan program

Maksudnya adapah pada Tabel 1.1 untuk kolomRisk and Assumptions(resiko dan asumsi). Ditulis berbagai kemungkinan yang terjadi yang dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu proyek atau program.

Review Teknik Analisa LFA

Pada dasarnya, penggunaan alat analisa dalam proses evaluasi suatu kebijakan/proyek/program selalu memiliki sisi keuntungan dan keterbatasan penggunaan alat analisis. Adapun  keuntungan apabila menggunakan Logical Framework Approach / LFA dalam teknik pengevaluasian suatu kebijkan/proyek/program, antara lain:

·Melibatkan pemangku kepentingan sehingga dapat dipastikan bahwa pengambil keputusan mengajukan pertanyaan penting dan menganalisis asumsi dan resiko sesuai keahliannya dan mewakili masing-masing kepentingan yang ada

·Melibatkan pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan monitoring

·Ketika digunakan secara dinamis, LFA merupakan alat manajemen efektif untuk memandu implementasi, monitoring dan evaluasi

Sementara untuk keterbatasan penggunaan LFA dalam teknik pengevaluasian suatu kebijkan/proyek/program, antara lain:

·Fokus pada pencapaian dampak / nilai kebermanfaatan proyek yang dimasukkan dalam prinsip membuat logframe, membuat logframe menjadi alat analisis yang memiliki batasan dalam evaluasi

·Asumsi tujuan proyek bersama kadang menjadi problematic dalam kebijakan/proyek/programmpublik dan antar organisasi

·Apabila stakeholders yang terkait tidak berpartisipasi secara aktif, maka hasil evaluasi yang didapat memungkinkan tidak dapat digeneralisasikan karena belum mengacu pada semua sudutpandang.

Secara umum penggunaan LFA masih terbatas bertujuan untuk penyusunan suatu proyek saja, padahal LFA dapat dimanfaatkan dalam proses evaluasi proyek. Pemahaman yang lebih terhadap LFA dibutuhkan dalam upaya pemanfaatan LFA secara maksimal. Pendekatan SMART yang dimiliki LFA merupakan pendukung kegiatan monitoring dan evaluasi serta untuk menemukan indikator keberhasilan dari suatu program. Disamping itu perlu adanya partisipasi para stakeholders terkait secara aktif karena partisipasi stakeholders dan peran tujuan yang jelas dalam proyek/program adalah keunggulan dari alat analisis LFA ini.

Daftar Pustaka

Bhusan, Keerti Pradhan. 2012. The Logical Framework Approach. Diunduh dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&sqi=2&ved=0CEYQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.pitt.edu%2F~super7%2F16011-17001%2F16211.ppt&ei=HaO4Ud6VO8GjrQf5goGwAg&usg=AFQjCNEYvVAWzOJhcUeL46I6tMSJCpcZOA&sig2=_e388ToU_-0w3L-n__feUQ&bvm=bv.47810305,d.bmk&cad=rjapada tanggal 11 Juni 2013 pukul 20.39 WIB.

Delevic, Milica, PhD. 2011. Guide to the framework Approach. Global Print. Belgrade.

Satar, musnanda. Logical Framework Approach; Pendekatan Kerangka Logis. Diunduh dari musnanda.wordpress.com pada tanggal 11 Juni 2013 pukul 20.33 WIB.

Solihin, Dadang. 2012. Logframe Analysis dan Pengembangan Instrumen Monitoring dan Evaluasi. Diunduh dari www.slideshare.net/DadangSolihinpada tanggal 11 Juni 2013 pukul 20.30 WIB.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun