Minggu pertama (terinspirasi puisi)
Lina terbaring lemas di ranjang. Sesekali terlihat mukanya meringis menahan sakit.
“Ah,,,,seandainya kamu ada disampingku, Gus”, batin Lina.
Jujur, sebenarnya aku ingin kamu bisa menemaniku di sisa hidupku ini, Gus, tetapi aku tidak tega,,,,melihatmu bersedih. Aku tahu kamu sangat mencintaiku, sangat menyayangiku. Karenanya aku tidak mau kamu nantinya bersedih melihat keadaanku yang kian hari akan kian memburuk. Maafkan aku, Gus, karena telah memutuskanmu. Masih terbayang dengan jelas wajah sedih dirimu kalah kuucapkan putus. Masih tergiang dengan jelas ucapan memelasmu menanyakan salahmu. Ah,,,tahukah kamu, Gus, sebenarnya aku lebih sedih dan merana dari dirimu kala itu. Aku juga sangat mencintai & menyayangimu. Aku ingin kita bisa bersama selamanya. Tapi kuterpaksa memutuskanmu, demi kebaikanmu, karena takdir ternyata berkata lain.
Seandainya engkau tahu belakangan ini tubuhku semakin lemah, semakin tidak bertenaga. Dokter sudah memberitahukan kalau ternyata kankerku sudah stadium lanjut. Aku memang suka mimisan, tetapi pikirku itu karena aku kecapekan. Tidak pernah terpikir olehku kalau ternyata aku mengidap penyakit yang membahayakan dan ternyata sudah stadium lanjut.
Gus, ku akan mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kamu mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku. Aku akan senantiasa menjagamu dari atas sana. Kalau memang reinkarnasi itu ada, aku ingin tetap bisa menjadi kekasihmu nantinya.
***
Jakarta, 04 Maret 2016