Sampai di tempat tujuan, sudah waktunya makan siang. Jadi kami menikmati makan siang dulu, setelahnya kami pun diantar dengan mobil untuk berarung jeram. Satu perahu karet diisi 6 orang, karena kami hanya berdua, maka kami bergabung dengan peserta lain, yang kebetulan semuanya berasal dari Korea.
Ada pepatah, “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Nyatanya hal ini tidak berlaku untuk petualangan arung jeram ini 😉
Kesenangan dan kegembiraan saat melakukan arung jeram ini dibayarkan dengan kesakitan paha dan betis selama 3 hari 😊
Untuk bisa menikmati arung jeram, kami harus menuruni 500 buah anak tangga dengan pepohonan hijau yang tumbuh di samping kanan dan kiri jalan yang kami lalui. Teduh dan rindang! Dan setelah arung jeram berakhir, kami harus menaiki 200 buah anak tangga.
Akibat tidak terbiasa menaiki dan menuruni tangga, makanya saya terpincang-pincang selama 3 hari setelahnya 😊
Tetapi saya tidak menyesal melakukan aktivitas “rafting” ini. Dalam hidup tidak ada kesenangan yang bisa didapatkan tanpa pengorbanan.
Keseruan menikmati naik turunnya arus sungai, lingkungan sekitar sungai yang dilalui, udara yang terasa sejuk saat berarung jeram, merupakan pengalaman yang layak dan tak terlupakan.
Saat melewati air terjun, kami sempat berhenti untuk berfoto ria di sana. Tentunya dengan kamera sendiri karena di dekat air terjun tidak ditempatkan orang yang akan mengabadikan kegiatan arung jeram ini.
Setelahnya kami berhenti di tempat penjualan minuman atau makanan kecil yang terletak di rute yang kami lalui. Harga minuman di sani tentunya lebih mahal dari biasanya. Untuk sebotol teh botol ataupun sekaleng coca cola, dijual seharga Rp 30.000,-. Tentunya harga tersebut masih bisa diterima mengingat tempatnya terpencil, di sepanjang sungai.
Saat melewati tempat-tempat tertentu, kami diingatkan untuk memasang senyum, karena ada orang yang akan mengabadikan petualangan kami. Untuk menebus foto dan 2 video yang diambil saat berarung jeram, kami membayar Rp 200.000,-