Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Berbagi Itu Penting?

28 November 2020   12:30 Diperbarui: 28 November 2020   12:38 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Berbagi kasih di Panti Asuhan (dokpri)

Kamu pernah mengharapkan kebahagiaan orang lain dan rela melakukan apapun untuk mewujudkan kebahagiaannya? Jawabannya “YA”.

Sebagai makhluk sosial, kita tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Setiap bantuan yang kita berikan ke orang lain maupun yang kita terima dari orang lain tentu membuat pemberi dan penerima bantuan senang dan bahagia.

Dalam hidup setiap dari kita pasti pernah membuat orang disekeliling kita tersenyum dan berbahagia.  Bahagia itu pada dasarnya sederhana. 

Membuat orang lain disekitar kita tersenyum, membuat orang tua bangga dan tersenyum bahagia atas diri kita, bebas melakukan segala sesuatu tanpa rasa khawatir, sudah bisa memberiku bahagia. 

Kebahagiaan itu pasti terwujud apabila kita bisa bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini, bukan apa yang akan kita capai nanti.

Berbagi, Memberi & Menyantuni

Terkait tiga kata ini, “Berbagi”, “Memberi” & “Menyantuni” merupakan kegiatan yang dilakukan yang sebaiknya tidak untuk dipamerkan tetapi dilakukan dengan hati, suka rela dan ikhlas. Seperti pepatah yang sering kita dengar, “Tangan kanan memberi sebaiknya tidak diketahui oleh tangan kiri”.

Hasil yang didapat dari memberi dan berbagi dengan hati & ikhlas sangat luar biasa. Tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ada rasa haru, senang, suka cita & hati berasa hangat dan damai.

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman baikku lagi kesulitan keuangan. Dia menelepon saya untuk meminjam uang. Pada saat itu,  tabungan saya tidak mencukupi untuk memberinya pinjaman. Pada saat itu dengan lesu saya mengatakan “Maaf, saya tidak ada.” Saya bisa merasakan kesedihan dan keputusasaannya saat mendengarkan jawabanku.

Sebagai salah seorang teman dekatnya, saya tahu, Lia (nama samaran), tidak mungkin akan meminjam kepadaku kalau dia tidak kepepet. Saya merasa sedih juga karena tidak bisa membantu. 

Saya memutar otak apa yang bisa saya lakukan untuk membantunya. Mendadak saya teringat, saya mempunyai arisan yang belum ditarik. Arisan itu baru jalan beberapa bulan, kalau saya tarik, saya akan rugi beberapa juta. Tetapi bila mengingat nada sedih dan lemas dari suara temanku di telepon, akhirnya saya berpikir positif. Duit hilang masih bisa dicari, tetapi bisa membuat temanku tersebut tersenyum dan lepas dari stress itu yang paling penting. Langsung saya mengangkat telepon, menelepon kepala arisan agar tarikan bulan itu diberikan kepada saya.

Setelahnya saya menelepon balik temanku, mengabarkan kalau saya akan memberikan dia pinjaman dari duit arisan saya. Reaksi dari temanku adalah senang & bahagia . Ucapan terima kasih tidak henti-hentinya terlontar dari mulutnya. Akhirnya beban pikirannya dapat terangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun