Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Launching Novel KKN Creator, Kreasi Berbagai Rasa

10 Desember 2024   19:50 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:46 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku senang sekali cerpenku yang berjudul "Astaga! KKN di Desa Legok" terbit dalam novel antologi yang terdiri atas 20 cerpen. Novel ini terbit dalam Event KKN Creator yang diselenggarakan Kompasiana dan Elexmedia.

Bagi yang ingin nostalgia kembali ke masa kuliah seperti KKN ataupun kepoin KKN itu seperti apa, wajib ya beli dan baca novel ini. Novelnya bisa diperoleh secara online ataupun offline (toko-toko buku Gramedia).

Novel KKN Creator terdiri atas horor, cinta, komedi, dan kearifan lokal. Cerpenku yang belum direvisi bisa dilihat free di link ini. Senang sekali jika ada yang memberi saran, kritik, ataupun review =)

Yang membeli novel KKN Creator, semoga happy :p

Cerpen-cerpen lainnya dalam novel tersebut menghadirkan nuansa yang berbeda. Jadi 1 novel campuran berbagai rasa ^.^

Sumber: Gramedia.com.
Sumber: Gramedia.com.
Kesan Mengikuti Event KKN Creator

Kesan-kesanku atas aktivitas ini sangat menarik. Proses dari naskah mentah untuk diterbitkan ternyata cukup lama sekitar 6 bulan. Sebulan masa penjurian. 

Lalu setelah terpilih, peserta mengikuti workshop penulisan selama 1 bulan (4 kali sesi zoom) dan ada reviewing dari pihak editor. Setelah melakukan revisi 2 kali, naskah pun diedit kembali dan baru bisa terbit.

Tim Kompasiana dan Elexmedia sangat sabar membimbing. Terimakasih banyak, ya sharing ilmu dan pengalamannya.

Mengapa menulis?

Jika ditanya mengapa sih suka menulis? Sebenarnya, hobby-ku itu membaca, bukan menulis.

Dari komik (Tintin, Asterix, Smurf, 3 Cewek Badung, Bob si Napi, Lucky Luke, dll), komik Jepang (Kenji, Marichan, Natane, dll), manga (biasa baca manga online), romance (Eloisa James, Lisa Kleypas, dll), detektif (Agatha Christie, Sherlock Holmes, dll), horor (Edgar Allan Poe), petualangan (Lima Sekawan, Empat Sekawan, dll), dan berbagai jenis genre.

Hanya buku politik dan autobiografi yang kurang suka. Tapi, aku senang baca koran online mengenai situasi terkini ekonomi, bisnis, politik, dll. Biar nggak terlalu ketinggalan zaman :P

Aku menulis untuk mencurahkan perasaan ataupun pikiran. Nggak muluk-muluk sih. Ada yang baca tulisanku juga sudah senang.

Bagiku, menulis itu harus ada suatu pesan. Walaupun tulisan tersebut dikemas seringan mungkin.

Dalam novel KKN Creator, cerpenku mengemukakan masalah lingkungan pedesaan, seperti sungai, pupuk kandang, dan domba.

Kupikir banyak pihak yang membahas masalah polusi laut terkait Blue Economy, tapi masih jarang pihak yang membahas masalah sungai yang merupakan penyokong laut.

Sewaktu study tour ke Thailand, aku kagum pada kebersihan Sungai Chao Phraya sehingga potensi obyek wisatanya bisa semaksimal mungkin.

Selain itu, sungai tersebut karakteristiknya dalam dan lebar sehingga bisa untuk sarana transportasi baik untuk komoditas pertanian (misalnya, beras) ataupun wisata.

Aku jadi berpikir mengapa sih sungai di Indonesia tidak bisa bersih?

Sepertinya, bukan penduduk desa tak ingin hidup bersih. Harus ada kerjasama dengan Stakeholders karena sungai merupakan masalah yang kompleks.

Chao Phraya. Sumber gambar: dokumen pribadi.
Chao Phraya. Sumber gambar: dokumen pribadi.

Tak semua sungai di Indonesia yang bisa berfungsi sebagai sarana transportasi logistik, tapi setidaknya bisa dimanfaatkan potensi wisatanya.

Banyak hunian ataupun obyek wisata yang memanfaatkan potensi riverside. Misalnya, warga desa bisa saja membuka warung kopi atau guest house dengan view riverside.

Area tepian sungai (garis sempadan sungai) yang tak memiliki tanggul sekitar 100 meter itu merupakan milik Pemerintah sehingga bisa dimanfaatkan dengan ditanami berbagai pohon buah (misalnya, pohon pisang yang bisa beranak pinak sendiri dan merawatnya tak sulit ataupun pohon pepaya yang buah dan daunnya bisa dikonsumsi) yang hasilnya bisa dibagikan untuk warga sekitar (pengelolaan oleh koperasi setempat ataupun Pemda).

Hal tersebut penting karena kita akan menghadapi krisis pangan. Tapi, jika air sungainya tercemar bagaimana? Apakah aman konsumsi buahnya?

Tentu hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut dan apakah memungkinkan untuk memanfaatkan potensi tepian sungai tersebut? Tentu memerlukan analisis kelayakan lahan agar tak mengganggu ekosistem sungai.

Terdapat sistem wetland untuk mengatasi kualitas air sungai. Misalnya dengan menanam water lily ataupun eceng gondok yang bisa memfilter air.

Aku kurang tahu mengenai efek samping water lily. Tanaman tersebut bagus untuk menyaring air. Sementara kelemahan eceng gondok itu tumbuhnya semakin banyak dan jika terlampau banyak harus dipanen karena menyebabkan banyaknya zat organik dalam air. Panen eceng gondok bisa untuk membuat pupuk kompos.

Pupuk kompos jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan pupuk kandang yang melepas emisi karbon. Pupuk kandang yang disebarkan begitu saja juga memancing lalat, bibit penyakit, dan menyebabkan bau tak sedap. Hasil panen pupuk kompos jauh lebih baik kualitasnya.

Semoga saja masalah lingkungan hidup bisa diatasi tahap demi tahap untuk kehidupan generasi masa depan dan kita semua yang lebih baik.

Apakah menulis itu memerlukan bakat?

Aku tak berbakat dalam pelajaran bahasa Indonesia. Nilai mengarang selalu saja tujuh. Tapi, lingkungan sekitar yang mendorong untuk menulis. Aku hanyalah remahan di semesta ini. Tapi semoga remahan pun bisa menimbulkan kesan tersendiri.

Latar belakangku bukan sastra. Menurutku, sarana belajar itu dari siapa pun dan hal apa pun. Bahkan, belajar menulis rayuan gomval pun dari Mama yang femme fatale. Kegomvalanku bisa terlihat pada tokoh Indra yang ceriwis, aktif, pintar, nyebelin, dan gomval abis.

Mama yang selalu memaksaku untuk menulis pesan untuk menagih uang kostan pada anak kostan dengan bahasa yang manis. 

Jadi, aku menyalahkan Mama karena sekarang profesi samping zaman dulu sebagai debt collector anak kostan, membuatku jadi gomval... =) (sekarang sudah bubar kostannya, efek sampingnya yang tersisa :p)

Aku memiliki sahabat pena yang profesinya mengatur semacam rumah jompo ala hotel yang dilengkapi fasilitas kesehatan dan hiburan. Ia juga senang mengarang novel dan bahkan, membuat komik digital saat malam hari padahal sepanjang hari ia sibuk di tempat kerjanya. Setiap harinya selama 3 bulan, aku selama 1-3 jam dilatih untuk sambung-menyambung paragraf dengannya. Arie, mon cher ami, merci beaucoup =)

Dulu pernah belajar mengarang intensif selama 3 bulan dengan guru mengarang yang juga memiliki penerbitan indie. Entah mengapa setelah novelku selesai (yang harusnya terbit secara indie), gurunya malah menghilang dan ternyata ia menikah O.O Mungkin novelku (Misteri Cinta Polaris) terlalu gomval dan bikin galau. Entahlah.

Kelemahanku dalam mengarang ialah menyusun suatu tulisan agar mengalir. Aku sangat berterimakasih pada kedua dosen pembimbingku, Profesor Marimin dan Profesor Taufik Djatna yang membimbingku untuk menulis jurnal ilmiah agar berangkai dan tidak patah-patah. Ternyata ilmu menulis jurnal bisa bermanfaat untuk jenis tulisan yang berbeda seperti cerpen.

Aku belum bisa membalas jasa orang-orang di belakang layar yang membantuku. Hanya bisa mengungkapkannya dalam ucapan terimakasih banyak di artikel ini. Jika dituliskan satu per satu penuhlah sudah artikel ini dengan berbagai nama.

Menurut mentor KKN Creator, tak perlu bakat untuk menulis. Tapi berlatih saja menulis dan menulis. Juga banyak membaca.

Aku tak ingin menulis dengan beban bahwa karya ini harus cemerlang. Gaya bahasa yang puitis dan indah bukanlah keahlianku. Aku hanya menulis apa adanya dengan tujuan tulisanku ini semoga saja bisa menghibur, ataupun bermanfaat.

Kejadian Lucu di Belakang Layar

Setelah naskahku siap terbit, aku baru sadar nama salah satu tokoh yang lugu dalam cerpen KKN di Desa Legok, serupa dengan nama soulmate-ku. Akhirnya, soulmate-ku ganti nama panggilan. Maafkan aku O.O wkwkwkwk ...

Bisa nggak kalian menebak tokoh yang mana? :p

Cerpen ini ku-share pada kenalanku. Dan alhasil, semuanya nggak mau makan rebon dari sungai :P Biasanya mereka kan menangkap rebon dari sungai... Salah satu kenalan berkomentar, "Ada eneg-enegnya gimana gitu pas baca akhir cerpen..."

Secara tak langsung aku berjasa pada kelangsungan hidup rebon sungai. Kalian bisa hidup sedikit lebih lama... kalau nggak dikonsumsi predator lainnya ...

Apakah Cerpen KKN di Desa Legok ini Fiktif atau Nyata?

Cerpen ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Kasus pup terjun ke sungai dengan pipa paralon, ternak domba di samping rumah warga, pupuk kandang yang disebarkan begitu saja itu semua nyata.

"Surulung. Plung! Lancar. Pakai pipa paralon. Langsung pup masuk ke dalam sungai." Bahkan tokoh Bu Iman yang mengucapkan hal tersebut juga nyata.

Tentu cerpen ini dibumbui agar lebih heboh dan ada nuansa cinta serta persahabatannya :P

Menulis untuk Uang?

Alangkah baiknya jika hobby bisa menghasilkan uang. Tapi, menulis untuk mengejar uang itu tak mudah karena proses penulisan novel itu cukup lama. Jadi, tetap harus mencari nafkah di bidang lain agar bisa survive jika baru meniti jalan jadi penulis.

Apakah Aku ingin Jadi Penulis?

Setiap orang itu penulis. Entah menuliskannya dalam diary hati ataupun terwujud dalam cerpen, novel, puisi, dll.

Jika ditanya apakah aku ingin jadi seorang penulis profesional? Kata profesional masih berat karena tetap saja aku memiliki tanggungjawab lain sehingga tak bisa upload artikel setiap hari di Kompasiana.

Tapi, jika diberi kesempatan kerjasama, dll, tentu aku akan menyelesaikan tulisan sesuai tenggat waktu. Aku berusaha mengatur waktu secara efisien dan multitasks.

Apakah Aku senang Menulis Genre Comedy seperti Cerpen KKN Desa Legok?

Terus terang novel yang pertama kali kutulis itu novel romance yang bercampur misteri pembunuhan. Setelah itu, aku pernah dipercaya mengasuh komunitas horor selama 4 bulan dan mengarang cerpen-cerpen horor.

Aku ingin jadi penulis yang tak hanya membatasi diri pada satu genre ataupun trending topic. Seorang penulis harus memiliki ciri khas sendiri walaupun mungkin hal tersebut tak disukai banyak orang.

Sepertinya, pembaca lebih menyukai tulisanku yang bergenre comedy. Mungkin karena aku memang alien. Wkwkwkwk.

Salam manis =)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun