Kearifan lokal di lereng Gunung Halimun Salak ini menyebabkan banyak terjadi pernikahan antar area, terutama gadis setempat dengan pria warga pendatang dari kota Bogor atau Jakarta. Bahkan, dari Jawa Tengah atau pun Jawa Timur.
Terlihat beberapa penduduk fasih berbahasa Jawa walaupun area lereng Gunung Halimun Salak ini merupakan area Jawa Barat, khususnya merupakan area Kabupaten Bogor yang dekat dengan Kabupaten Sukabumi. Tak heran gadis setempat berwajah unik.
Di area ini, warga berbahasa Indonesia dengan baik, tapi tidaklah terlampau fasih berbahasa Sunda. Mereka cukup lancar berbahasa Sunda, tapi tidak bisa berbahasa Sunda sesuai dengan strata, yaitu halus ataupun kasar.
Seperti kata 'lotek' yang merupakan bahasa Sunda dari gado-gado, tak ada warga yang mengerti. Atau pun kata 'waluh siam' yang merupakan bahasa Sunda dari labu siam, pun membuat warga tercengang. Mereka menyebut labu siam dengan kata 'gambas.' Apalagi kata 'nambut' yang merupakan bahasa Sunda halus untuk berhutang, mana ada warga yang paham. Mereka menyebut berhutang dengan kata 'nganjuk' yang merupakan bahasa Sunda kasar. Aksen bahasa Sundanya pun agak berbeda dengan bahasa Sunda kota Bogor yang lebih lantang.
Kehidupan warga di sini didominasi oleh bertani atau pun berdagang di warung-warung kecil. Janganlah berharap ada atm Bank ataupun fasilitas kesehatan! Jaraknya ke kota itu mencapai 10 km.
Ada kearifan lokal yang unik di area ini. Warung menjadi ATM bermodalkan handphone. Pemilik warung mengenakan biaya administrasi untuk konsumen yang ingin memasukkan atau menarik uang ke rekening Bank atau e-wallet seperti Dana. Pokoknya, di area ini Dana paling nge-trend.
Dua bulan sekali ada pengobatan alternatif di atas lereng Gunung Halimun Salak ini.
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Kakek, Nenek. Aki, Nini. Bapak, Ibu. Abah, Umi. Saudara/i. Aa, Teteh. Ayo ikuti pengobatan alternatif herbal yang sudah terbukti khasiatnya. Harganya pun terjangkau," ujar seorang pemuda berkoko putih. Suaranya yang penuh semangat menggelegar berkat toa.
Bak komando, warga pun berduyun-duyun menaiki lereng Gunung Halimun Salak. Mereka tak peduli harus melintasi hutan jabon (jati kebon) yang angker dan sering beraroma darah tanpa sebab.
Pemandangan bak pelangi menyemut di sepanjang lereng Gunung Halimun Salak. Gaun-gaun panjang dengan hijab panjang menjuntai hingga tengah lutut tampak indah berwarna-warni.