Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 35 - Cermin

28 September 2024   03:14 Diperbarui: 28 September 2024   03:19 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Bocah iblis yang berada dalam cermin, melambaikan tangan padaku. Wajah bocah tersebut sangat mempesona. Matanya yang berwarna keemasan sungguh elok.

        Bulu Tama berdiri semua. Ia duduk dengan angkuh di pangkuanku.

      Aku merasa tangan dan kakiku dingin karena begitu tegang. Dan siapa yang tak akan ngeri melihat adegan horor di cermin. Bocah iblis itu mengunyah sesuatu yang berlumuran darah dengan santai. Ia menjentikkan jari. Dan berubahlah pemandangan cermin menjadi Ranko yang berlumuran darah di atas tempat tidurnya. Kakek Fandi yang tewas dengan mata terbeliak ke atas dan mulut menganga. Ibu yang mati tenggelam dalam bathtube. Bahkan, Ismi, si hantu kucing pun menjadi abu.

      Tama mendesis marah. "Aku tak percaya ini!"

   Derai tawa si bocah iblis membahana. Pemandangan cermin pun berubah menjadi diriku yang sedang menangisi Tama yang hancur menjadi serpihan debu. Ia sungguh pandai mempermainkan emosi. Kemudian, cermin pun berubah menjadi sekelam langit malam. Tiba-tiba ruang tidurku pun berubah menjadi langit malam dengan taburan bintang gemerlap. Aku memeluk erat Tama untuk meyakinkan diriku bahwa aku tak sedang bermimpi. Semuanya terasa tak nyata.

Cermin di ruang tidurku berpendar-pendar dengan cahaya hijau keemas-emasan. Aku serasa menonton layar televisi. Adegan demi adegan berganti-ganti di cermin tersebut.

   Aku melihat sepasang suami istri yang saling menatap dan tersenyum bahagia. Sang suami membelai lembut dan mengecup perut istrinya yang sedang hamil besar. Kemudian, sosok mereka berubah menjadi kabut.

      Adegan harmonis berubah menjadi kegilaan. Sang istri mengamuk seperti kerasukan setan. Wajahnya yang cantik, sedingin iblis. Sepasang mata almond yang indah itu membelalak. Rambut hitam lurusnya yang panjang mencapai lutut, kusut masai. Sebilah pisau dapur yang digenggam tangan kanannya, berkilat mengancam. "JANGAN HALANGI AKU! AKU HARUS MEMBUNUH BAYI IBLIS YANG BERADA DALAM PERUTKU WALAUPUN AKU TURUT MATI."

    "OMONG KOSONG! KAU MENGANDUNG ANAK KITA. BUAH CINTA KITA. BUKAN ANAK IBLIS. MASA KAU MEMPERCAYAI BEGITU SAJA OMONGAN NENEK ROS? IA NENEK SIHIR YANG SUKA TAKHAYUL!"

  Perempuan itu menangis hebat hingga tubuhnya membungkuk. "KAU TAK MENGERTI. KAU TAK AKAN MENGERTI. AKU HARUS MENGELUARKAN DAN MEMBUNUHNYA SEBELUM SEMUANYA TERLAMBAT."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun