Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 29 - Irma

25 September 2024   20:49 Diperbarui: 25 September 2024   21:19 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

     Ranko mendengus. "Dengan menggangguku selama di gang saat kita pertama kali bertemu? Tadi saja kau menggangguku dengan rambutmu yang merayap dari bawah tempat tidur dan membelit kedua pergelangan kakiku."

    "Aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Kau terus berpura-pura tak mendengar dan melihatku."

       "Tak bisakah aku memiliki privacy di kamar tidurku sendiri? Aku lelah sekali sepulang les Bahasa Inggris. Namamu Irma, kan?"

         Irma menganggukkan kepala.

        "Irma, aku ingin kau melupakan bahwa kita pernah bertemu. Kita berada di dunia yang berbeda. Aku masih hidup dan kau sudah mati. Kita tak perlu saling mengganggu. Titik."

       "Tapi, ini persoalan genting. Kau tak peduli jika si pembunuh berantai akan terus beraksi?"

       "Sudah ada polisi yang menyidiknya," sahutku tak peduli. "Apa yang bisa kuperbuat? Apa yang kau harapkan dariku? Aku hanya seorang gadis berumur 17 tahun yang duduk di kelas 12. Untuk apa aku mengambil risiko berbahaya?"

"Tapi kau kan indigo. Sudah selayaknya seorang indigo membantu hantu."

"Itu kan menurutmu. Aku bukan seorang indigo yang penuh perhatian. Seharusnya, kau bersama roh korban pembunuhan berantai lainnya bersatu padu menyerang si pembunuh berantai. Bukannya masih ada 2 korban lainnya?" Ranko mencibir. Ia meraih handphonenya dan memakai headset. Lantunan lagu I am So Tired -- Lauv&Troye Sivan sungguh sesuai dengan situasinya saat ini.

"DELA DAN LISA, KEDUA HANTU TAK BERGUNA ITU TAK INGIN MEMBALAS DENDAM. MEREKA TAK INGIN BERBUAT APA PUN. MEREKA APATIS SAMA SEPERTI DIRIMU," jerit Irma penuh amarah. Ia menampilkan dirinya yang sangat mengerikan. Matanya berupa rongga hitam kosong yang mengucurkan darah. Lidahnya yang menjulur sepanjang mata kaki, menjilati seluruh permukaan wajah Ranko.

    Ranko membuka mata dan meliriknya tajam. "Jangan bertingkah kekanak-kanakkan! Aku tak akan mengubah keputusanku. Terimalah nasibmu yang malang dan berbesar hatilah." Kemudian, ia kembali memejamkan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun