"Hallo, Bapak sudah sampai mana, ya? Saya ada di depan Les Bahasa Inggris Friendstar," kata Ranko pada pengemudi motor ojek online via handphone. Ia ingin segera pulang karena teman-teman les lainnya sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.
"Saya sudah tiba di Gang Kenanga yang banyak menjual bunga hias. Titik lokasinya ada di area itu. Coba Adik saja yang jalan sedikit ke sini."
"Pak, gang yang harus saya lalui ser..."
Belum Ranko menyelesaikan kalimatnya, si pengemudi sudah memutuskan hubungan telepon. Ia menghela napas dan terpaksa menyetujui permintaan sang pengemudi motor ojek online.
Baru saja Ranko melangkah, rintik hujan mulai turun. Ia berdesah kesal ketika melihat suasana gang yang mengerikan. Sebagai indigo, Ranko selalu berusaha menghindari area-area yang seram. Ia malas menanggapi hantu-hantu penasaran yang selalu mengganggunya. Seringkali mereka tidak hanya mengajaknya berbincang, tapi juga meminta banyak hal. Ia pernah diminta mengantarkan hantu yang ingin pulang ke rumah orangtuanya atau ke makamnya, mencari barang kesayangan, bahkan pernah diminta menyampaikan kalimat perpisahan penuh cinta untuk sang kekasih yang ditinggal mati. Ia mendesah kesal jika memikirkan nasibnya sebagai indigo yang harus tanggap akan kemalangan para hantu. Memangnya ia pesuruh hantu?
Ranko berdoa dalam hatinya. Semoga tidak ada roh penasaran malam ini. Amin.
Dengan mengumpulkan semua keberanian di sel-sel tubuhnya, Ranko pun setengah berlari melintasi gang tersebut. Lampu gang yang temaram menciptakan bayang-bayang yang mengerikan di sepanjang gang.
Uff, doa Ranko tak terkabul. Terdengarlah suara parau yang menggelegar dari udara hampa di depan Ranko.
PERGI! PERGI YANG JAUH!
Ranko mengutuk dalam hati. Tak perlu diminta pun, aku pasti akan pergi. Galak sekali hantu di gang ini. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju mulut gang keluar.
TOLONG! TOLONG! TOLONGLAH AKU!