***
Ranko memandikan ketiga anak kucing dan menjemur mereka di bawah sinar matahari di halaman belakang rumahnya. Saat itu lewat tengah hari. Kebetulan awan tebal menutupi mentari sehingga suasana di teras belakang agak temaram. Ranko kembali merinding ketika melihat ketiga anak kucing tersebut. Mereka menatapnya dengan sorot mata aneh.
Diana bermata lembut, tapi ia berjalan berjingkat. Mischa yang tatapan matanya mengerikan. Lady merangkak dengan dada melengkung. Mata Lady basah, seperti menangis. Sekejap Ranko melihat Lady bukan anak kucing, tapi nenek yang sedang mengesot. Tapi Ranko berusaha menenangkan diri bahwa itu hanya bayangannya belaka. Mana mungkin anak kucing imut ini dirasuki roh jahat. Tama hanya mengada-ada. Buktinya, tak ada satu pun makhluk mistis dalam diri ketiga anak kucing yang mengajaknya berkomunikasi. Padahal ia kan indigo.
Ranko pun membawa ketiga anak kucing kesayangannya ke kamar tidurnya di lantai dua. Bulu mereka telah bersih dan harum. Ia tersenyum lembut menatap ketiga anak kucing yang bermain di karpet kamarnya. Sehabis memberi makan mereka, ia pun mandi.
Ranko sedang membilas rambutnya yang penuh busa shampo, ketika ia mendengar suara. “MIAAAAUW!”
Mischa merangkak di bawah celah pintu kamar mandi dengan kepala tengadah melihat tepat ke mata Ranko. Kedua kaki depannya menggapai-gapai. Mischa bersikeras untuk masuk ke dalam kamar mandi. Sungguh mengerikan! Mata Mischa tajam bersorot aneh.
Tiba-tiba lampu kamar mandi berkedip-kedip. Bayangan Mischa yang merupakan anak kucing berubah menjadi bayangan anak laki-laki setinggi dirinya. Ia terpana ketika bayangan itu merangkak di sepanjang dinding. Kemudian, lampu kamar mandi mati. Hitam semua.
Paru-paru Ranko serasa tercekik. Saat ia panik, tiba-tiba lampu menyala. Tapi pada saat yang sama, anak laki-laki itu tepat berada di hadapannya. Wajahnya eksotis dan manis dengan kulit sawo matang. Ia menyeringai memamerkan gigi taringnya yang seputih susu. Di lehernya terdapat untaian manik-manik batu. Telinganya memakai anting manik-manik batu yang panjang menjuntai. Kemudian, ia lenyap.
Ranko menoleh dan merasa ngeri karena Mischa masih memandangnya dengan intens. Ia segera menyelesaikan mandinya diiringi tatapan intens Mischa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H