Mohon tunggu...
Sis Ariyanti
Sis Ariyanti Mohon Tunggu... Guru - guru yang pengen jadi penulis dan pengarang

sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kasus Yuyun

6 Mei 2016   11:39 Diperbarui: 9 Mei 2016   14:11 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus pelecehan seksual kembali terjadi di Indonesia. Kali ini menimpa Yuyun, siswi berusia 14 tahun dan masih duduk dibangku SMP meninggal dunia dalam kondisi yang mengenaskan. Kejadian bermula saat pulang sekolah, ananda Yuyun dihadang pelaku. Lantaran menolak bergabung, pelaku marah dan memukul korban dengan kayu. Setelah korban tidak berdaya para pelaku memperkosanya. Sungguh keji. Peristiwa ini kerap terjadi karena hukum di Indonesia masih belum memberikan sanksi yang menjerahkan pelaku pelecehan seksual. Sudah saatnya hukum di negeri ini memberikan perlindungan kepada kaum perempuan.

Para pelaku diketahui ternyata sebelumnya menenggak minuman beralkohol juga merupakan salah satu bukti bahwa minuman ini sudah seharusnyanya tidak beredar. Hingga detik ini miras sangat mudah diperoleh masyarakat, di warung dan toko-toko di desa-desa. Anak-anak di bawah umur dengan mudah membeli dan mengonsumsinya. Layak jika pesta miras yang menelan banyak korban selalu terjadi pada wilayah masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Harga murah dan mudah didapat. Ditambah lagi pendidikan masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan yang masih rendah. Sementara arus teknologi dan modernisasi sudah masuk, namun tidak diimbangi dengan kemajuan dalam pendidikan.

Rendahnya pengawasan orangtua kepada anak-anak juga merupakan faktor penting terhadap peristiwa pelecehan seksual ini. Lugunya para orangtua di pedesaan dalam mendidik anak kadang terkesan yang penting bisa memberi makan anak-anak. Miras yang beredar di sekitarnya bagi sebagian anggota masyarakat itu sudah biasa. Dalam acara hajatan pun seperti pernikahan, khitanan, kadang dibumbui miras melalui sajian hiburan penyanyi dangdut atau kesenian rakyat lainnya. Anak-anak dibawah umur pun dengan leluasa menenggak minuman beralkohol. Parahnya lagi terkadang tuan rumahnya menyediakan.

Sudah saatnya orangtua harus peduli kepada anak-anak bukan hanya sekedar memberi makan saja. Orangtua harus mendampingi anak-anaknya. Dengan siapa anaknya bergaul, seyogyanya orangtua tahu. Bagaimana teman-teman anaknya? Dalam perkembangannya anak sering terpengaruh oleh temannya. Anak berani minum miras, mencoba narkoba, bisa jadi karena pengaruh, paksaan, atau gengsi kepada teman. Fakta yang terjadi di sekolah tempat saya mengajar pun demikian. Orangtua sudah memberikan pendidikan dan teladan yang baik, namun karena bergaul dengan teman yang didik serba permisif, lambat laun akhirnya terpengaruh. Untungnya orangtua dekat dengan sang buah hati, segalanya cepat teridentifikasi dan segera menemukan solusi yang tepat.

Perempuan itu tiang negara. Apabila perempuan negeri ini rusak maka hancurlah, akan tetapi sebaliknya. Melalui tulisan ini saya mengajak segenap perempuan Indonesia khususnya para ibu untuk lebih dekat dengan anak-anak. Ibu harus mengetahui aktivitas anak-anak mulai bangun hingga tidur kembali. Ibu-ibu harus resah, khawatir jika anaknya tidak pulang.

Penanaman pendidikan yang utama itu ada di rumah. Jika anak sejak kecil dididik dengan pondasi agama yang kuat dan teladan dari orangtua niscaya ketika berada diluar akan bisa menjaga diri. Anak harus sering diajak berdialog agar terbangun kedekatan sehingga orangtua mengetahui masalah anak-anak. Kesibukan orangtua dengan pekerjaan dan aktivitasnya kadang membuat jauh hubungan orangtua dan anak. Kehangatan hubungan orangtua dan anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan psikologi anak.

Peristiwa yang menimpa ananda Yuyun menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi para orangtua agar lebih dekat dengan anak-anak. Apabila di sekolah atau lingkungan sekitar ada program parenting skill,seyogyanya orangtua tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Sudah waktunya perempuan Indonesia tersenyum dan menikmati keamanan serta kenyamanan dimanapun berada. Berjalan sendirian di tempat sepi pun terasa aman. Hukum di Indonesia sudah memberikan jaminan perlindungan kepadanya. Melalui harmonisasi keluarga dan pemberian sanksi tegas terhadap pelaku tindak pelecehan seksual, kenyamanan, dan rasa terlindungi bagi kaum perempuan Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun