“Tulisan ini dipersembahkan secara khusus kepada semua orang yang telah mengalami penyiksaan lahir-bathin, baik oleh pribadi, keluarga, maupun sebuah rezim yang berkuasa. Jika mereka sudah meninggal, semoga Tuhan memberikan tempat istirahat terbaik. Jika mereka cacat, semoga tetap bisa menjalani hidup dengan berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan tetap percaya kepadaNya. Jika mereka masih sehat, semoga tidak diracuni dendam dan tetap mengajarkan hidup penuh kasih sayang agar mereka berbeda dengan penyiksanya. Dan hukum harus tetap ditegakkan demi kehidupan yang beradab”.
Situasi Negara yang kacau sering menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan karena hukum manusia telah berubah menjadi hukum rimba, terlebih jika faktor pemujaan terhadap faham tertentu dan senjata yang harus bicara. Faham tertentu itu bisa berdasarkan ras (suku) atau berdasarkan kepentingan golongan tertentu (kaum petani, kaum pemodal, agama, dll-dll). Isme-isme sempit yang ingin memenangkan satu golongan tertentu itu telah meracuni otak banyak pemimpin dunia dan melahirkan tindakan-tindakan absurd yang nyata-nyata menginjak-injak nilai kemanusiaan. Mereka semua telah berperang satu sama lain selama berabad-abad dan menimbulkan kesengsaraan yang tiada taranya.
Siapa bilang rasisme bagus? Siapa pula yang memotori sebuah Negara harus menganut faham kapitalis dan dikendalikan para borjuis? Siapa bilang komunisme nomor satu? Dan siapa pula yang mengajarkan terorisme untuk menghancurkan semua musuh-musuh adalah benar? Siapa pula yang mendudukkan militerisme sebagai dasar sebuah tindakan atau malahan pemerintahan? Di sudut lain, siapa yang bilang bahwa agama (kaum fundamentalis) yang paling benar dan harus jadi landasan hidup bernegara? Kenyataannya, ketika seorang pemimpin mendewakan sebuah isme sempit, maka korban mulai berjatuhan. Sejarah membuktikan itu, dan bukan omongan saya. Mengapa mereka tak pernah menjadi pemenang? Sederhana saja,. karena dasarnya adalah untuk kepentingan golongan sendiri, golongan lain dijadikan obyek, bahkan obyek penderita. Itu melanggar hukum Tuhan untuk mengasihi semuanya tanpa syarat. Maka, tidak ada satupun yang akan mampu bertahan, semua akan tergerus oleh rencana Allah yang indah yang justru tidak pernah diterima oleh manusia sendiri sejak jaman dahulu kala, agar kita semua hidup rukun dan saling mengasihi satu sama lain berdasarkan hukum yang adil dan beradab.
Pol-Pot hanya tokoh kecil di belahan Asia yang terbelakang (Cambodia/Kamboja). Sejarahnya bisa anda googling sendiri di Internet, sudah banyak ditulis orang lain. Tetapi satu orang tokoh kecil ini bersama partai dan pasukan Khmer Merahnya yang otaknya sudah keracunan salah satu isme sempit di atas (dalam hal ini komunisme), bisa menciptakan ladang pembantaian (killing field) yang tak terkirakan ngerinya. Jutaan orang mati dibantai dengan cara melebihi binatang buas, termasuk anak-anak, remaja dan wanita. Ratusan ribu korbannya yang masih sempat hidup menderita cacat parah. Yang hilang dan tak ditemukan rimbanya juga ribuan orang.
Pol-Pot menawan dan memenjarakan musuh-musuhnya (baik sebangsa maupun tidak) di penjara Tuol Sleng di pusat kota Phnom-Penh. Penjara yang memiliki kode S-21 (Secret Prison 21) tersebut adalah bekas sekolah SMA yang diubah fungsinya.
Saat ini, sebagai museum, bangunan tersebut dibagi 4 blok yang masing-masing diberi nama Gedung A, B, C, dan D
Di gedung A berisi kamar-kamar penyiksaan dan interogasi, lengkap dengan ranjang besi, rantai, alat-alat pemukul, dll seperti yang terlihat dalam foto di bawah ini:
Di gedung B berisi foto-foto ribuan orang yang pernah ditawan di sana, yang didokumentasikan oleh tentara Pol-Pot sendiri, mungkin untuk berkas laporan ke komandannya. Dalam foto-foto tersebut terlihat ada anak-anak, remaja dan perempuan. Di gedung ini juga berisi pakaian-pakaian bekas para tahanan, termasuk pakaian anak-anak.
Mereka dikurung berjejal-jejalan dalam satu ruangan dalam kondisi yang sangat mengenaskan sebelum dikirim ke ladang pembantaian Choeung Ek yang berjarak sekitar 15 km di pinggiran kota Phnom Penh untuk dieksekusi. Dua sampai tiga kali dalam sebulan ratusan orang diangkut dengan truk-truk tentara ke ladang pembantaian tersebut dalam keadaan mata tertutup dan tangan terborgol serta kondisi sangat kepayahan setelah selesai disiksa dan diinterogasi. Sungguh-sungguh sangat biadab.
Di gedung C, ruangan kelas yang luas disekat asal-asalan untuk mengurung para tawanan penting agar tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Jika mereka berbicara satu sama lain, langsung dieksekusi mati. Di lantai gedung ini masih sedikit tertinggal bercak darah mengering setelah yang lainnya dibersihkan karena terlalu mengerikan.
Di gedung D, berisi lukisan rekaan artis tentang cara-cara penyiksaan yang dilakukan berdasarkan kesaksian dari yang masih hidup dan alat-alat yang ditemukan di tempat kejadian perkara.
Banyak foto lainnya yang kelewat sadis: dicabut kukunya dengan tang, ditusuk besi panas, dibenamkan dalam bak dengan kaki-tangan terikat, disembelih dengan kaki-tangan terikat, dicambuk ramai-ramai, dll-dll yang tidak ada bedanya dengan gambaran neraka sesungguhnya dengan para setan pelakunya.
Di ladang pembantaian Choeng Ek tak kalah mengerikannya. Disinilah tempat kuburan massal para tawanan yang dibunuh Rezim Pol-Pot. Ekskavasi yang dilakukan pada tahun 1980 telah menemukan ribuan kerangka jenazah yang kebanyakan tidak utuh lagi antara kepala dan badan. Tulang-belulang berserakan, demikian juga pakaian-pakaian bekas para korban.
Terima Kasih kepada Pemerintah Kamboja yang telah menyodorkan sejarah apa adanya. Anda Negara yang masih terbelakang, tetapi memiliki kejujuran dan keberanian mengagumkan, jauh lebih satria dari banyak pengecut di dunia ini yang berwajah garang. Mudah-mudahan apa yang kalian lakukan tidak sia-sia. Pesan anda jelas kami terima. Dan seperti saya yakini, bahwa kalianpun meyakini hal yang sama, bahwa semua kekejian ini tidak akan pernah mendatangkan kemenangan, seperti halnya mereka semua tidak bisa menunda kematiannya sendiri yang segera akan tiba bersama dengan semua faham picik yang dianutnya. Salam, dan Tuhan Memberkati kalian semua.
****************************
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H