Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bhagavad Gita, the Song of God (Kidung Illahi) - Bagian 2 /2

20 Juni 2010   21:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Arjuna:”O Kresna, bagaimanakah ciri-ciri orang dengan tingkat kesadaran rohani tinggi itu? Bagaimana cara bicara dan bahasanya? Bagaimana ia diam dan melangkah?

 

Kresna:”Ia selalu melakukan tugas kewajiban yang Kuberikan padanya sebaik-baiknya dan pertama kali mempersembahkan seluruh hasil kerjanya itu padaKu. Ia bersikap seperti hamba yang mengerjakan titah Tuannya dengan segala kemampuan yang bisa ia lakukan dan tak pernah berpikir semuanya datang dari dirinya sendiri serta pantas dinikmatinya sendiri. Ia diam (berdoa dan berintrospeksi diri) serta melangkah dengan kesungguhannya di jalur yang sudah Kusediakan dan selalu berhubungan denganKu dalam semua tindakannya. Ia seperti sumur kecil dan Akulah mata air besarnya, maka ia bisa mengerti dan memenuhi semua maksudKu dengan cepat dan tepat. Ia tenang dan teguh, bebas dari rasa takut dan marah serta semua ikatan dengan dunia material. Ia bicara jujur, lugas dan jelas dengan bahasa yang santun dan tidak bertele-tele. Ia melihat persoalan dan berbuat mengatasinya berdasarkan kebijaksanaan yang Kuberikan. Ia rajin mendengar dan tidak mencela. Meskipun keinginan terhadap obyek-obyek indera (keinginan badaniah) tetap akan ada, tetapi ia tidak disibukkan olehnya. Ia tidak merenungkan obyek-obyek indera karena menyadari bahwa ikatan dengan obyek-obyek indera mengembangkan hawa nafsu. Hawa nafsu melahirkan khayalan-khayalan yang lengkap, yang bila tak terpenuhi menimbulkan rasa kecewa dan marah. Dari khayalan menyebabkan ingatan kacau dan kecerdasan hilang lalu kembali jatuh ke dalam lautan material dan terus tenggelam dan berputar-putar di dalamnya tanpa pernah merasa puas.

Ia selalu memusatkan kesadarannya padaKu. Orang tanpa kecerdasan rohani tidak mungkin merasa damai. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?

Orang dengan tingkat kecerdasan rohani tinggi selalu berusaha mengendalikan diri, karena mengendalikan diri adalah juga wujud pengorbanan yang merupakan persembahan suci. Seorang rohaniwan, misalnya, mengorbankan kehidupan duniawinya yang berhubungan dengan kepuasan indera-indera guna mendengarkanKu dan menyampaikan pengetahuan tentang Aku kepada banyak orang. Kemudian orang yang berumah tangga dengan benar tidak melakukan selingkuh, itu juga sebuah pengendalian diri yang membutuhkan pengorbanan dan merupakan persembahan yang suci di hadapanKu. Orang-orang yang berminat mencapai keinsyafan diri berusaha belajar keras mengendalikan nafsu-nafsunya, itu juga butuh banyak pengorbanan. Ada juga orang yang bersumpah tegas mengikuti Aku dengan mengorbankan harta bendanya, bahkan nyawanya; Ada pula yang berlatih pernafasan dan sungguh-sungguh tekun bermeditasi dengan mencurahkan sepenuhnya pikirannya padaKu guna menjaga tetap berada di jalanKu dalam melakukan seluruh kewajibannya; Ada yang mempelajari kitab-kitab suci terwahyukan, berusaha mengerti dan mengamalkannya; dan masih banyak lagi cara-cara tertentu yang intinya adalah usaha mengendalikan diri dan mendekatkan diri padaKu dengan sungguh-sungguh. Aku berkenan kepada mereka semua. Korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan dan kesadaran rohani adalah lebih baik daripada hanya mengorbankan harta benda. Tanpa korban suci, seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia, baik di planet ini maupun dalam kehidupan mendatang. Belajarlah dari orang yang sudah insyaf akan dirinya dan sudah melihat kebenaranKu, karena dengan begitu engkau menjadi teguh di dalam Aku. Dengan pengetahuan itu engkau akan bisa melihat, bahwa semua mahluk hidup adalah bagian dari Yang Maha Kuasa atau dengan kata lain: mereka adalah milikKu. Walaupun engkau dianggap sebagai orang paling berdosa diantara semua orang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, maka engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan. Dengan pengetahuan rohani, orang dihantar secara cepat untuk mencapai kedamaian yang paling utama. Manusia harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya. Pikiran adalah kawan dan sekaligus musuh bagi roh yang terikat. Pikiran menjadi kawan ketika roh di dalam diri bisa menaklukkannya; tetapi orang yang gagal mengendalikan pikirannya, maka pikiran akan menjadi musuh terbesar baginya.

Tidak ada kebahagiaan buat orang yang ragu-ragu, maka keragu-raguan yang muncul dalam dirimu harus dipotong dengan pengetahuan rohani. Bangun dan bertempurlah, Arjuna! “.

 

Arjuna: “Oh Kresna, betapa susahnya mengendalikan pikiran. Aku sering jatuh dan jatuh lagi. Pikiranku gelisah, bergelora, keras dan kuat sekali. Aku sering tak mantap dan bimbang. Kupikir menaklukkan pikiran adalah lebih sulit dari mengendalikan angin”.

 

Kresna: “Aku mengerti hal itu tidak mudah. Semua orang yang belajar membutuhkan latihan, apapun yang akan dipelajari orang tersebut. Semua membutuhkan proses. Bertekunlah didalam latihan mengendalikan pikiran agar mencapai Roh Yang Utama. Disanalah ada ketenangan yang dalam. Ibarat sebuah danau yang dalam memiliki kekuatan yang besar dan bisa menenggelamkan benda-benda ke dalamnya, maka pikiran yang terkendali bisa meredam semua suka-duka, penghormatan dan penghinaan dan segala pengaruh dunia material yang lainnya. Dengan mengendalikan pikiran, manusia menjadi mantap rohaninya dan memandang segalanya dengan ketenangan yang amat dalam. Orang yang sudah lebih maju rohaninya bahkan bisa mencapai keadaan tidak lagi membedakan batu kerikil dan emas, manusia penuh dengki atau penuh kasih sayang, musuh atau kawan, semua dipandangnya sama sebagai bagian dari Aku. Disanalah ia bisa melihat kehadiranKu dimana-mana: Aku bersemayam di dalam setiap mahluk hidup dan mahluk hidup di dalam diriKu. Di dalam tingkatan itu manusia bisa mencurahkan Kasih-Sayang tanpa pilih-pilih. Ia menyayangi semua yang Kuciptakan. Ia kaya raya secara batiniah, memiliki banyak hal di dalam kerajaanKu, bahagia dan riang gembira di dalam Aku. Ia telah terbebas dari ikatan dengan dunia material dan segala kerlap-kerlip di dalamnya. Ia tidak lagi membutuhkan keuntungan dunia material, karena ia telah memiliki keuntungan yang tak terhingga di dalam KerajaanKu.

Semua itu tidak mungkin diperoleh dengan sekejap bagi orang yang sudah terbiasa menghambakan diri dalam dunia material. Ia butuh latihan setahap demi setahap dan dengan kemauan yang sungguh-sungguh yang dimulai dari belajar mengendalikan napsu-napsunya sendiri. Ia memang akan jatuh-bangun seperti halnya dialami oleh semua orang yang sedang belajar sesuatu. Dalam tingkat tertentu orang tersebut akan mencapai kemajuan yang semakin cepat dari hari ke hari, bahkan kemajuan itu bisa sedemikian cepatnya ketika ia mulai benar-benar mengerti jalan dan kebenaranKu. Disanalah ada pertobatan yang murni dan datang dari keinsyafan diri yang sesungguhnya. Aku tidak akan pernah hilang dari orang yang melihat Aku, dan diapun tidak pernah hilang dariKu.

 

Arjuna: “Oh Kresna, bagaimana nasib orang yang mulai belajar keinsyafan diri tetapi kemudian gagal meneruskan karena pengaruh duniawi dan kurangnya kepercayaan padaMu?”

 

Kresna: “Keinsyafan diri adalah hal yang sulit bagi orang yang pikirannya tak terkendali dan kecilnya kepercayaannya padaKu. Ia ibarat awan yang mudah diobrak-abrik oleh angin dan tercerai-berai. Ia tak akan mendapatkan sukses apa-apa, baik di dunia material, apalagi di dunia rohani. Ia tak memiliki kedudukan apa-apa. Tetapi orang yang telah bertekun mengikutiKu dan pada akhirnya jatuh juga, maka Aku akan menempatkannya dalam keluarga baru yang tepat untuknya agar bisa mengembangkan kesadaran rohaninya secara lebih baik di waktu yang lain. Sekali lagi, orang yang pernah melihatKu tak akan pernah hilang dariKu. Maka dalam segala keadaan, teruslah bertekun mengikuti jalanKu. Diantara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha mencapai kesempurnaan; dan diantara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, tak ada satupun yang mengetahui tentang diriKu dengan sebenarnya”.

 

Arjuna: “Itulah kesulitan dan keragu-raguan hamba, O Kresna. Aku mohon agar Engkau memantapkan Aku. Hanya Engkau yang bisa melakukannya. Berikanlah pengetahuan tentang diriMu itu”.

 

Kresna: “Ada delapan unsur tenaga material, yaitu: tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan ke’aku’an yang palsu. Kedelapan unsur ini terpisah dari diriKu. Disamping delapan unsur tersebut, ada pula tenagaKu yang bersifat utama dalam wujud Roh seluruh mahluk hidup yang memanfaatkan sumber-sumber alam material yang rendah tersebut. Roh bersifat kekal dan berada di luar sifat-sifat alam material. Rohlah yang menerangi seluruh badan dengan kesadaran. Semua mahluk hidup di alam ini diciptakan dari gabungan alam material dan Roh tersebut, dan masih dibalut lagi dengan tiga sifat alam, yaitu: kebaikan, napsu dan kebodohan. Sifat kebaikan lebih mulia dari yang lain. Kebaikan menguatkan Cahaya Terang Sang Roh atas badan, ibarat cahaya yang bebas dari debu sehingga ia bisa memancarkan seluruh terangnya dan membebaskan seseorang dari reaksi dosa. Orang yang mantap di dalam kebaikan diikat dengan rasa bahagia dan pengetahuan yang dalam. Kebaikan memungkinkan seseorang mengetahui apa yang patut dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, apa yang harus ditakuti dan apa yang tidak perlu ditakuti, apa yang mengikat dan apa yang membebaskan. Sedangkan napsu adalah perwujudan dari hasrat dan keinginan yang tak terhingga yang menyebabkan seluruh mahluk hidup terikat kepada perbuatan material yang mengarah kepada pencapaian hasil dan pahala material. Di dalam napsu yang tak terkendali, orang akhirnya tidak tahu lagi membedakan mana yang pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas. Orang yang berpegang teguh dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang keagamaan, tetapi sesungguhnya mengharapkan pahala bagi perbuatannya, termasuk dibawah kendali napsunya. Segala sesuatu berpusat pada ke"aku"annya yang palsu dan bukan kepadaKu. Napsu seharusnya dikendalikan oleh Kesadaran Roh dan bukan diumbar oleh pikiran. Kebodohan adalah sumber kegelapan yang melahirkan kegoncangan jiwa, kemalasan dan kecenderungan untuk tidak berbuat apa-apa atau tidur terus menerus. Kepicikan, menghalalkan segala cara dan kegilaan atau kenekatan yang mengarah pada kekacauan, termasuk di dalam sifat kebodohan. Ketiga sifat alam tersebut saling bersaingan satu dengan yang lain dalam diri seluruh mahluk hidup, tak ada yang mampu bebas darinya, termasuk di kalangan para dewa sekalipun. Sifat yang satu bisa mengalahkan yang lainnya. Seseorang yang mantap di dalam kesadaran rohani bisa mengendalikan ketiga sifat alam itu. Bila seseorang mati dalam sifat kebaikan, ia mencapai alam yang lebih baik dari sebelumnya; bila ia mati dalam sifat napsu, ia mencapai alam yang sibuk dengan segala urusan pencapaian material dan tidak terlepas dari kesengsaraan seperti di bumi ini; sedangkan bila ia mati dalam kebodohan, ia ditempatkan di kerajaan binatang atau bahkan turun memasuki neraka. Tetapi bila seseorang yang terkurung di dalam badannya bahkan bisa melampaui ketiga sifat alam tersebut, maka ia akan mencapai KerajaanKu bahkan di dalam kehidupan yang sedang ia jalani sekalipun, karena ia adalah orang suci yang sudah tak tergoyahkan lagi. Ia tabah luar biasa dalam kebaikan dan teguh keyakinannya di dalam Aku. Ia adalah Cinta Kasih itu sendiri yang dimana-mana menebarkan Cahaya Terang tanpa pilih-pilih. Orang suci seperti ini hanya ada satu-dua di Bumi ini, tetapi ada. Akulah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun yang bersifat rohani. Akulah rasa air, cahaya matahari dan bulan, suara di angkasa, bau tanah, panas dalam api, nyawa segala yang hidup dan kesanggupan dalam diri manusia. Seluruh sifat alam ada di dalam diriKu, tetapi Aku bebas dan tidak berada di bawah pengaruh sifat-sifat alam material. Oleh sebab itu seluruh dunia tidak mengenal Aku yang berada di atas sifat-sifat alam dan tidak bisa dimusnahkan. Orang yang berserah diri total padaKu memperoleh karunia kemuliaan dariKu yang membuatnya bisa memanfaatkan tenaga RohKu yang bersemayam dalam dirinya sehingga dengan mudah mencapai keinsyafan diri dan mencapai Aku, hal yang selama ribuan tahun tak akan bisa dicapai oleh mereka yang bersusah-payah berjuang memperolehnya dengan kekuatan pikirannya sendiri. Tenaga rohaniKu amat sulit diatasi, tetapi orang-orang yang menyerahkan diri padaKu memperolehnya dengan mudah dan cuma-cuma karena ia tersambung langsung denganKu, ibarat air sungai yang tak pernah putus mengalir dari sumber mata air utamanya. Tetapi orang-orang yang terpisah dariKu ibarat genangan air kecil yang tak memiliki sumber mata air sehingga dengan mudah menguap dan menjadi kering.

Ada empat golongan orang yang mulai belajar berbakti kepadaKu. Mereka adalah orang yang berduka cita, orang yang ingin kaya, orang yang ingin tahu segala sesuatu dan orang yang sengaja mencari pengetahuan tentang diriKu. Orang yang berduka cita mulai menyebut namaKu dan bertanya mengapa hal itu terjadi. Orang yang ingin kaya seringkali datang pula memohon padaKu. Orang yang ingin tahu banyak hal juga akhirnya mempertanyakan darimana asal segala sesuatu dan ujung-ujungnya mempertanyakan peran sertaKu di dalam Penciptaan Yang Maha Agung. Dan orang yang sengaja mencari Aku karena ia mendengar tentang Aku atau menyaksikan kebesaran ciptaanKu dan ingin tahu lebih jauh tentang Aku. Diantara keempat golongan itu, pada akhirnya orang yang memiliki pengetahuan tentang diriKu dan tekun berbakti di dalam Aku karena sudah mengenal Aku adalah yang terbaik. Ia sangat mencintai Aku dan Aku sangat mencintainya. Ia sudah kuanggap diriKu sendiri dan tinggal bersamaKu.

Mengapa manusia sering mencari jalan lain? Intinya adalah karena mereka belum mengenalKu dan mengejar kepuasan sesaat serta mencari jalan pintas. Banyak manusia menyembah dewa-dewi dan melakukan ritual-ritual tertentu menurut aturan dan sifat masing-masing dewa-dewi tersebut. Sekalian saja mereka Kuikat di alam dewa-dewi tersebut. Mereka merasa mendapatkan berkat secara cepat dari dewa-dewi tersebut, padahal sebenarnya Akulah yang memberikannya. Semua kepuasan yang didapatkan dari dewa-dewi tersebut bersifat semu dan sementara. Para penyembah dewa-dewi tersebut, juga para penyembah leluhur, penyembah setan dan roh-roh halus, akhirnya pergi ke tempat pujaannya masing-masing dan bukan ke kerajaanKu. Di planet para pujaan tersebut, ketika kenikmatan semu telah habis mereka kunyah, mereka kembali lagi ke alam penderitaan dan kematian yang berulang-ulang. Hanya para penyembahKu yang akan sampai ke kerajaanKu yang tertinggi dan bebas dari ikatan dengan dunia material serta tak pernah dilahirkan kembali karena sudah bersatu denganKu. Para penyembahKu mempersembahkan seluruh pekerjaannya pertama kali dan yang terutama adalah kepadaKu. Tentu saja Aku akan menerima semuanya sebagai persembahan atau korban suci kepadaKu. Tidak mungkin Aku akan menelantarkan para penyembahKu yang demikian Aku cintai, apapun kedudukan mereka pada saat itu, entah sebagai pria atau wanita, ningrat atau buruh, orang suci atau penjahat yang bertobat, atau apapun juga. Sebagai ‘Yang Maha Kuasa’, Aku mengetahui apa yang telah terjadi pada masa lampau, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang akan terjadi nanti. Aku mengenal seluruh mahluk hidup dengan sempurna, tapi tidak satupun dari mereka yang mengenal diriKu secara sempurna. Aku telah memberikan jalan yang mudah kepada umat manusia agar sampai padaKu dengan melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban yang melekat padanya sejak ia dilahirkan. Kewajiban yang kuletakkan dalam diri setiap orang, baik itu golongan Brahmana (termasuk di dalamnya para pemimpin Agama), Ksatria (Angkatan perang, polisi, politikus, kehakiman, dll), waisya (Pengusaha/pedagang, para petani, nelayan, dll) serta kaum sudra (buruh, pegawai, dll) adalah kewajiban yang tidak dipengaruhi oleh reaksi dosa bila dilaksanakan dalam aturan yang sudah ada. Jadi tidak benar bahwa dirimu sebagai seorang ksatria yang harus menegakkan kebenaran dan terpaksa harus membunuh musuh-musuhmu yang sudah jelas-jelas tidak bisa ditolelir lagi kejahatannya termasuk di dalam perbuatan dosa, apalagi jika perintah itu datang langsung dariKu yang tahu kepastiannya. Manusia hanya tinggal tidak melupakan berdoa kepadaKu dan menjaga hubungannya denganKu, maka Aku akan selalu bersamanya menunjukkan Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak akan kau alami lagi keragu-raguan dan batas-batas yang tidak jelas selama engkau menjaga hubungan denganKu dan tidak melulu mengikuti ke’aku’anmu yang palsu, karena Aku sendiri sudah berada di dalam diriMu. Bahkan Aku sudah berulang kali menjelma menjadi manusia dan bergaul serta berbicara langsung dengan umat manusia tentang Jalan dan KebenaranKu serta Cara Hidup yang Kukehendaki. Aku membawa karunia besar untuk mereka, membinasakan kegelapan yang lahir dari kebodohan dan menggantinya dengan cahaya pengetahuan yang cemerlang. Orang bodoh sering mengejekKu bila Aku menjelma menjadi manusia karena mereka tidak mengenal sifat rohaniKu sebagai Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada. Tetapi pilihan akhir kemana manusia akan menuju, Kuserahkan kepada mereka sendiri”.

 

           Arjuna telah menerima pencerahan. Tetapi ia ingin memastikan bahwa Kresna yang dihadapannya adalah benar-benar jelmaan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Maka ia memohon kepada Kresna agar ia diijinkan melihat ‘Wajah Tuhan’ yang sangat ingin disaksikannya itu. Kresna mengatakan bahwa Arjuna tidak mungkin bisa melihat “Wajah Tuhan” dengan mata yang dimilikinya saat itu, maka Kresna memberikan “Mata Rohani” kepada Arjuna dan Arjuna menyaksikan “Wajah Semesta Tuhan” yang penuh keajaiban. Ia diselimuti cahaya terang bagai ratusan ribu matahari terbit bersama-sama dan memiliki anggota badan yang tak terhingga banyaknya dan dihiasi berbagai mahkota dan cakra. Bau harumnya tersebar kemana-mana. Arjuna juga menyaksikan segala jenis ciptaan Tuhan yang tak terhingga jumlahnya. Ia menyaksikan seluruh dewa menyembah Tuhan dan beberapa diantaranya dengan wajah ketakutan. Ia menyaksikan para orang kudus yang tak terhingga jumlahnya berseru-seru memuji Tuhan. Ia juga menyaksikan para Kurawa (simbol kejahatan) meringis kesakitan terjepit gigi-gigi Kresna yang jumlahnya juga tak terhingga. Arjuna menyaksikan pula kesudahan perang Bharata Yuda yang merenggut nyawa para kesatria kedua belah pihak kecuali nyawa para Pandawa. Arjuna kecut hatinya. Ia demikian takjub dan merinding menyaksikan semua itu. Ia berkali-kali bersimpuh di hadapan Kresna dengan gemetar dan kacau pikirannya. Segala yang ada di dalam diri Arjuna takluk menyembah Kresna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa. Arjuna juga menyesal sekali telah berani menganggap Kresna kawannya dan menyebutnya dengan kata-kata: “Hai Kresna, Hai Kawan”, dan panggilan setara lainnya, juga bercanda seenaknya. Kini ia benar-benar terbuka matanya, betapa tidak pantasnya ia selama ini bersanding dengan Tuhan. Ia malu sekali dan mohon ampun berkali-kali karena kedudulannya.

Kresna tersenyum melihat tingkah laku Arjuna. Ia menceritakan bahwa baru Arjuna seoranglah yang “diberi kesempatan” menyaksikan “Wajah Semesta Tuhan” yang tidak mungkin bisa dilihat oleh siapapun juga di dunia ini tanpa mencapai tingkat kesucian yang amat tinggi. Bahkan para dewa juga sangat berkeinginan untuk menyaksikan “Wajah Semesta Tuhan” tersebut, tapi tingkat kesuciannya tak pernah bisa sampai kesana. Atas permintaan Arjuna yang ketakutan melihat “Wajah Semesta Tuhan”, Kresna beralih rupa lagi seperti semula. Kresna mengingatkan, bahwa Arjuna sebenarnya hanyalah salah satu alat kecil yang dipakai olehNya untuk membersihkan dunia dari kejahatan yang sudah tidak bisa ditolelir lagi. Sekali ini Arjuna tak membantah atau ragu-ragu, ia dengan penuh semangat menuruti semua yang telah diyakininya sebagai perintah langsung dari Tuhan tanpa banyak omong lagi!

 

           Semoga Bhagavad Gita hasil persepsi saya dari ayat-ayat aslinya ini bisa sekali lagi memberi arah yang jelas kepada kita: hendak kemana tujuan hidup kita semua? Percuma kita hidup seratus atau ribuan tahun kalau ternyata hanya pindah dari kegagalan yang satu ke kegagalan yang lain; dari kegelapan yang satu ke kegelapan yang lain. Lebih baik segera banting setir dan biarpun tertatih-tatih bisa diterima di barisan paling akhir dan/atau di sudut tergelap dari Kerajaan Tuhan sekalipun! Salam.

 

 **************

Bhagavad Gita Bagian 1:

http://filsafat.kompasiana.com/2010/06/20/bhagavad-gita-the-song-of-god-kidung-illahi-bagian-1-2/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun