Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

The New People Power

5 November 2009   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:26 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cicak lawan Buaya, diramaikan pasukan Nyamuk dan ditimbrung Kadal (kata Mang Usil dalam salah satu kolomnya di Kompas Minggu). Ramai sekali sinetron Kebun Binatang untuk rakyat hari-hari terakhir ini. Pemeran utamanya jelas. Sutradaranya? Kalau anda tahu kasih tahu yang lain disini! Namanya Sutradara ya pastilah "orang" dalam, kalau "orang" luar jadi Sutradara barangkali namanya Super Sutradara mengikuti istilah Bung Taufik Miharja yang Super Adminnya Kompasiana. Akhir dari Sinetron yang belum selesai itu barangkali akan membuahkan kemenangan untuk Cicak karena Buaya ngos-ngosan ditindih para Cicak yang didukung jutaan Kadal dan diribetin pasukan Nyamuk di kupingnya. "Rasain Loe..!" Kata Kadal, Cicak dan Nyamuk, sementara Buaya diam saja karena sudah pingsan. Mbahnya buaya was-was. Gawat, jangan-jangan.... (Begitu pikiran si Mbah). Dari jaman dahulu sebelum Yesus lahir sampai hari ini, yang namanya sinetron untuk rakyat selalu ramai. Barangkali ini termasuk salah satu budaya paling tua di dunia manusia, setua usia organisasi pertama yang dilahirkan oleh manusia, entah dimana dan kapan lahirnya, prasastinya juga tak pernah ketemu. Karena yang meresensi sinetron ini sudah banyak, saya tak tertarik meresensinya lagi. Sinetron Kebun Binatang silakan diputar terus, tapi tulisan saya ini yang semula judulnya "Cicak, Buaya, Kadal" saya ganti seperti di atas. Keren euy.., pakai Bahasa Inggris lagi, makin PD aja nulisnya. "People Power", kekuatan raksasa bentukan para Malaikat itu juga sudah ada sejak dahulu kala. Dalam keadaan tertekan oleh ketidak adilan dan kesewenang-wenangan para durjana penguasa Bumi, selalu ada sekumpulan rakyat dan tokoh-tokohnya yang memelopori sebuah gerakan perlawanan. Di Jaman dahulu yang masih primitif, akumulasi kekuatan perlawanan ini berjalan amat lambat dari mulut ke mulut. Korbannyapun nyata dalam wujud mayat-mayat yang bergelimpangan di kalangan rakyat yang tak punya senjata. Tapi karena ada Pasukan Malaikat di belakangnya, perjuangan lanjut terus sampai akhirnya penguasa durjana rontok dan pasukannya kocar-kacir. Kemenangan "People Power" disambut gegap gempita dan biasanya lalu muncul sebuah Pemerintahan Baru yang diharapkan lebih aspiratif terhadap suara kebenaran dan keadilan. Tapi seiring berjalannya waktu, "People Power" menghilang lagi. Para Malaikat istirahat dan Tuhan membiarkan karena memang belum waktunya Ia mengambil alih kekuasaan di Bumi. Manusia masih mentah, masih perlu dimatangkan dalam kawah Candradimuka. Pelan-pelan muncul kembali para durjana, rakyat kembali bergerak. Begitu seterusnya sampai hari ini. Tetapi tahun-tahun terakhir ini "People Power" mendapat wujud yang lain sama sekali dengan jaman dahulu. Kalau jaman dahulu akumulasi pembentukannya lambat, sekarang tidak lagi. Tuhan sudah memberi senjata tambahan untuk "People Power", yaitu komunitas global (bukan lagi lokal) yang terbangun cepat lewat internet. Hanya dalam hitungan jam sudah bisa terbangun komunitas perlawanan rakyat yang besarnya amat fantastik. Senjata komunitas ini masih sebatas "ikut gabung" dan kalau perlu "kopi darat" bareng-bareng. Maka bermunculan bayi-bayi "people power modern" seperti "Indonesia Unite", "Say No To Someone", "Mari Dukung KPK", dll. Tetapi sekali lagi, sifat "people power" ini masih gaya lama: muncul terang sebentar kemudian meredup lagi. Bisakah anda bayangkan jika suatu saat "bayi-bayi ‘people power' moderen" yang berorientasi pada kepentingan rakyat banyak ini ternyata bisa membentuk suatu organisasi-organisasi permanen yang memiliki pengurus, program, pendanaan dan kegiatan rutin yang jelas (seperti Kompasiana ini, misalnya, meskipun belum maksimal) dan kemudian bergerak serta membesar terus dari hari ke hari dengan senjata "gabung" dan "kopi darat"nya? Dengan demikian "people power" ini tak pernah redup malahan bersinar makin terang setiap harinya. Apa yang akan terjadi bila wadah-wadah semacam ini kelak bergabung menjadi satu dan mengarahkan kekuatannya untuk meningkatkan peran rakyat banyak dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut nasib bangsa mereka sendiri atau malahan nasib bangsa rekannya di belahan bumi yang lain? Mungkin kita tak perlu lagi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) seperti yang ada saat ini, yang sering bertindak tidak mewakili rakyat dan orang-orang yang duduk didalamnya belum tentu murni dari aspirasi rakyat. Kita akan memiliki DPR sendiri yang luar biasa kuatnya sehingga bisa mengendalikan sepenuhnya semua aparat Negara, termasuk Presiden yang notabene adalah hamba rakyat dan bukan tuannya rakyat. Dan kita bisa mengontrol sepenuhnya jalannya pemerintahan Negara kita sendiri dengan lebih baik. Mungkin tidak akan ada lagi cerita kebijaksanaan Negara yang sembarangan dan merugikan rakyat banyak. DPR tinggal "vote" dan mengatakan "tidak" maka kebijaksanaan itu akan rontok. Mungkin tidak akan ada lagi jalan rusak yang dibiarkan berkepanjangan, karena DPR akan memerintahkan aparat pemerintahan melalui votingnya untuk segera bergerak dan bergerak. Mungkin tidak akan ada lagi pejabat yang arogan, yang melahirkan sinetron-sinetron rakyat, karena DPR akan segera memecatnya. Mungkin semua guru akan benar-benar mendapat laptop seorang satu seperti yang dulu pernah dijanjikan mendiknas dan sekarang bablas angine. Mungkin akan ada perang juga, karena sebagian rakyat juga suka menjual diri sendiri dan siap dibeli siapa saja. Tapi rakyat yang didukung Malaikat akan tetap menang. Mungkin Aung San Suu Kyi akan bebas murni karena utusan pemerintahan rakyat dari seluruh dunia kopi darat bareng-bareng ke Myanmar. Mungkin semua itu akan menjadi kenyataan hanya beberapa tahun mendatang. Mungkin..., mungkin..., pokoknya mungkin rakyat akan lebih bersuka-cita karena Pemerintahan telah beralih ke Tangan Rakyat! Mungkin saya hanya bermimpi, tetapi tertulis jelas di Kitab Suci, bahwa Pemerintahan Allah akan bersemayam di Bumi. Jadi? Yuk kita nyanyikan potongan lagunya John Lennon "Imagine" dibawah ini, jangan lupa berteriak "Yee..!" sesudahnya dan kepalkan tangan tinggi-tinggi! Imagine there's no countries (Andaikata tak ada Negara) It isn't hard to do (Tak sulit untuk dilaksanakan) Nothing to kill or die for (Tak ada yang saling bunuh dan mati untuknya) A brotherhood of man (Persaudaraan untuk semua orang) Imagine all the people (Andaikata semua orang) Livin' life in peace (Hidup dalam perdamaian) You may say I'm a dreamer (Kau boleh bilang aku seorang pemimpi) But I'm not the only one (Tapi aku tak sendiri) I hope someday you'll join us (Kuharap suatu saat kamu gabung) And the world will live as one (Dan dunia akan jadi satu) ************

Yee......! ************ Welcome a New Born Baby, Welcome The New People Power! ************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun