Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Gempa dan Bangunan Kita (4)

3 November 2009   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usaha-usaha kita untuk menghindari kolaps pada bangunan:

·Jangan menaruh beban terlalu berat di lantai atas. Letak toren-toren air, mesin-mesin AC sentral, dll yang berat perlu mendapat perhatian khusus. Prinsip utamanya: lantai bawah harus memiliki struktur yang lebih kuat dari lantai atas.

·Usahakan menempatkan dinding-dinding di lantai atas dalam posisi yang seimbang (tidak terlalu berat ke bagian kiri atau ke kanan) sehingga bebannya bisa dipikul secara lebih merata oleh kolom-kolom di bawahnya. Akan lebih baik kalau sebanyak mungkin dinding di bagian atas disangga oleh dinding di bawahnya sampai ke pondasi.

·Jangan membuat sistem struktur yang terbuka seperti telah diterangkan di artikel no. 2. Semua sistem struktur mulai dari pondasi, sloof, balok dan atap harus merupakan sistem yang tertutup

·Pengecoran balok-balok beton yang mengikat struktur kolom sebaiknya diusahan menumpang penuh di atas kolom dan bukan kolom dicor dulu lebih tinggi dari balok lalu diberi stek ke samping untuk menyambung baloknya. Sambungan balok ke kolom yang tidak sempurna akan sangat mudah dipatahkan oleh getaran gempa.

·Untuk bangunan bertingkat banyak, usahakan memasang “core” (inti kekuatan struktur) di tempat yang paling tepat. “core” itu ibarat tulang punggung yang menyangga badan agar tetap tegak. Bisa juga anda bayangkan sebagai batang bambu untuk lomba panjat pinang pada saat pesta 17 Agustusan dan di batang itu boleh digantungkan macam-macam barang hadiah serta siap dipanjati orang banyak. Didalam “core” bangunan biasanya dipakai sebagai tempat “lift” atau tangga dan dia menerus mulai dari pondasi sampai lantai paling atas. Di bawah ini digambarkan cara menaruh “core” yang tepat (tanda minus berarti kurang tepat, plus berarti paling baik).

Bisa juga menambahkan perkuatan struktur berupa “dinding geser” seperti tergambar di bawah ini:

Dengan sistem “core” yang kuat, anda bebas berkreasi seperti bangunan di bawah ini:

Bangunan paling modern saat ini: Dubai’s Rotating Tower. Disebut “Dynamic Architecture” karena penampilan bangunan bisa berubah-rubah. Setiap lapis lantai bisa berputar di sumbunya yang merupakan “core” sangat kuat. Mendalami prinsip struktur membuat Arsitek lebih berani dalam berkreasi. Mau bangunan yang aneh-aneh? Siapa takut!

i.Bangunan Mengalami Perputaran Karena Gempa (Rotation)

Penempatan dinding-dinding yang terlalu berat sebelah menyebabkan pusat kekakuan gedung bergeser jauh dari pusat massa gedung. Ketika terjadi gempa, maka yang relatif mampu bertahan adalah daerah yang kaku sementara yang kurang kaku akan terdorong. Karena yang kaku bertahan dan yang kurang kaku terdorong, akibatnya gedung memutar. Peristiwa ini baru akan terjadi ketika struktur yang kurang kaku dan pondasinya tak kuat menahan gaya dorong oleh gempa. Jika gaya gempa terlalu besar dan tak mampu juga ditahan oleh struktur yang kaku, maka gedung akan menggeser sambil berputar.

4.Bahaya Lain Yang Mengancam Ketika Terjadi Gempa

Bahaya lain yang paling sering terjadi adalah bahaya kebakaran karena listrik konslet (hubungan arus pendek). Faktor utama terjadinya konslet adalah sobeknya kabel karena gesekan atau tarikan sehingga kabel positip dan negatip bertemu dan menimbulkan percikan api. Kalau mutu kabelnya bagus dan pekerjaan listriknya benar, maka sebelum kabelnya terbakar karena panas, MCB akan menjepret lebih dahulu sehingga arus listrik padam secara otomatis. Tetapi kalau sudah mutu kabelnya buruk dan pemasangan jaringan listrik asal-asalan, maka dalam sekejap kabel yang mutunya buruk itu akan langsung terbakar dan menyalakan api yang dengan cepat sekali merembet ke seluruh jaringan listrik. Akibatnya kebakaran sulit dihindari karena api sudah menyebar kemana-mana.

Peristiwa kebakaran saat gempa Padang terjadi.

Bahaya yang lain lagi adalah kebocoran gas elpiji karena selangnya sobek atau putus dan terjilat api kompor atau rokok. Maka lebih baik berjaga-jaga sebelum hal-hal tak terduga seperti ini menimbulkan kesusahan.

Demikian tulisan panjang tentang gempa dan bangunan kita, yang saya usahakan untuk mudah dimengerti oleh orang awam sekalipun ini saya akhiri. Mudah-mudahan mendatangkan manfaat bagi semuanya.

Bandung, November 2009

Salam dalam Kasih Tuhan.

******************

Postingan sebelumnya (1,2,3) ada disini

http://teknologi.kompasiana.com/2009/10/29/gempa-dan-bangunan-kita-1/

http://teknologi.kompasiana.com/2009/11/01/gempa-dan-bangunan-kita-2/

http://teknologi.kompasiana.com/2009/11/02/gempa-dan-bangunan-kita-3/

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun