kubuat pesawat kertas yang berisi puisi tentang mimpi-mimpiku
lalu kuterbangkan pesawat kertasku dari atas bukit dengan melawan arah mata angin
terbanglah ia
menyusur lembah
menukik
mengitari luas hutan cemara
sebelum akhirnya lenyap entah ke mana.
di atas bukit
aku terpaku
menatap kosong
menatap ketiadaan
angin berembus semakin kencang
dan aku pun lalu turun dengan membawa segudang perasaan bimbang
mencoba kembali temukan pesawat kertasku, barangkali ia tersangkut di ranting perdu.
Maret/ 2021
~SirriSaqti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H