(1)
bagaimana bisa aku menafikan cinta
bila di setiap 'ku membuka mata ia selalu ada?
(2)
bersyukur;
atas mataku juga matamu yang diperlihatkan cinta
meski susah payah kita dalam meraihnya.
(3)
pada malam sunyi
di antara tidur dan jaga
aku melihat wajah rindu serupa bintik cahaya pelangi;
bertebaran dalam mata yang terpejam.
(4)
pada mata yang selalu terbuka;
adakah kau melihat rupa cinta?
ceritakan padaku, agar aku mabuk dan tergila-gila akan keindahannya.
(5)
tak jera.
melafalkan kembali cinta dengan bibir yang lama terkatup olehnya.
(6)
dari berbagai penjuru mata angin
cinta lalu datang memenuhi mataku.
membuatku sungguh tak berdaya!
pada siksa pun keindahannya.
(7)
usailah sudah cerita cintanya!
bibirnya terkatup
air matanya tumpah di gerigis kaca
merah darah sayatan luka di pergelangan tangannya biru membeku;
tergores kata-kata yang sepahit empedu.
(8)
ketika kau tak melihat cinta yang sebenarnya cinta pada hening sunyi.
maka aku pun bertanya;
benar tak ada ataukah mata hatimu yang sudah buta?
(9)
sebutir debu itu aku, katamu
yang lalu hinggap di bening matamu; menjadi cinta, menjadi sesuatu yang membutakan pandangan mata.
(10)
malam yang bening.
meski dalam cuaca hujan
aku masih dapat melihat dengan jelas air mata yang engkau sembunyikan