Ibarat jatuh dari ketinggian
Jatuhnya ke kali namun kalinya lebar dan curam.
Masih beruntung bagi yang bisa berenang
Bagi yang tidak?
Megap-megaplah ia tersedak airnya yang banyak, berusaha berenang agar bisa sampai ke tepian hingga lelah kehabisan tenaga.
Seperti lagu Jamrud "..bersakit-sakit dahulu senang pun tak datang, malah mati kemudian .."
Begitulah kira-kira nasib musisi sekarang ini, jauh berbalik dari keadaan sebelum masa pandemi.
Dulu para musisi bisa ngisi acara setiap hari, entah itu reguler, event wedding, acara ghatering, atau ngamen keliling. Libur hanya kalau badan terasa letih, minum jamu kuat besoknya bisa kerja lagi.
Penghasilan? hmm, sudah tidak diragukan lagi.
Kalau musisi yang sudah tenar(tidak seperti saya; musisi kurang gizi) itu bisa melebihi gaji menteri.
Lalu, bagaimana dengan keadaan sekarang ini?
Duh! boro-boro segaji menteri, asal sudah ketemu nasi goreng terasi saja sudah girang sekali.
Lalu adakah yang mau peduli?
Entahlah, sejauh ini teman-teman musisi masih mengeluh dengan keadaan sekarang ini.
Cafe, Resto dan tempat hiburan sudah buka namun tidak ada live music-nya.
Kini para musisi hanya bisa berdoa dan berharap, semoga masa pandemi ini segera berakhir.
Syukur-syukur sebelum pergantian tahun baru.
Ya, perlu juga untuk diketahui bahwa para musisi ulang tahunnya itu dua kali dalam setahun. Pertama 17 Agustus (karena banyak panggung kemerdekaan) dan kedua adalah malam pergantian tahun baru. Khusus di acara malam pergantian tahun baru tarif musisi/band itu bisa 5 kali lipat dari tarif biasa loh, gila enggak?
Itulah sekelumit keresahan kami para musisi yang kini kekurangan gizi akibat dihantam pandemi.
Tapi, dengan semangat hidup yang masih tersisa kami yakin dan percaya, masa sulit ini akan segera berakhir (dengan kerja keras pemerintah dan doa tentunya) dan kami akan kembali berkarya dan bekerja.
Sekian.
Salam musisi, salam anak negeri.
~SS Bogor, Agustus 2020