Mohon tunggu...
SirriSaqti
SirriSaqti Mohon Tunggu... Musisi - Poin Tiga imaji: Aksara-Warna-Melodi

terus berusaha mencari cara agar hidup menjadi berguna bagi sesama.~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harimau Sombong dan Kucing Kurus

21 Agustus 2020   02:43 Diperbarui: 21 Agustus 2020   03:02 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh di kedalaman hutan belantara, hiduplah seekor harimau besar bertaring tajam dan bergerak sangat cepat kala memangsa buruannya, membuat ngeri hewan-hewan lainnya.
maka itulah ia dijuluki Sang Raja Rimba, penguasa hutan, tiada lawan tiada tandingan.
namun akhir-akhir ini ia tampak gelisah, seperti ada yang mengganggu pikirannya.
usut punya usut ternyata di hari kemarin datang seekor kadal buntung menghadap padanya menceritakan asal-usul dirinya.
bahwa sebenarnya dia adalah anak dari seekor kucing kurus yang kini hidupnya tak terurus, hidup di pinggiran desa.
dalam gelisah harimau membatin; "masa iya aku yang berkuasa atas rimba, bertubuh besar, tampan dan gagah perkasa memiliki bapak seekor kucing kurus, belekan pula matanya, hmm tidak mungkin!"

Hari berganti, waktu berlalu.
Suatu ketika harimau sang raja rimba penasaran dengan kekuatan yang dimilikinya, ia tampak jenuh sebab tidak ada lagi yang bisa mengalahkannya (sombong).
Lalu ia pergi mencari seseorang yang sekiranya berilmu tinggi, yang dapat ia jadikan guru nantinya.
Dalam pencariannya ia menatap matahari begitu teriknya membakar kulit tubuhnya dan lalu ia berkata "wahai matahari sekiranya engkau berilmu tinggi, maka izinkan aku berguru padamu!"
matahari menjawab "duhai Raja Rimba, sungguh aku masih kalah sama awan mendung, dengan gelapnya ia selalu menutupi pandanganku".
maka harimau bertanya kepada awan mendung "wahai awan mendung sekiranya matahari mengakui kehebatanmu, maka maukah kau mengajariku?!"
awan mendung menjawab "duhai Raja, sungguh aku sebenarnya masih kalah dengan angin, ia begitu cepat memorak-porandakan tubuhku".
"Hmm, sepertinya angin adalah pencarian terakhirku" harimau menggumam dalam hatinya.
Tak berlama-lama ia langsung bertanya pada angin "wahai angin! aku tau kekuatanmu, bergerak cepat memorak-porandakan awan mendung, maka izinkan aku berguru padamu!"
angin menjawab "iya benar, aku bisa memorak-porandakan awan mendung tapi aku tak bisa memorak-porandakan gunung, jadi sebaiknya kau berguru padanya".

Harimau kesal! tapi semakin penasaran.
Siapa sebenarnya yang berilmu tinggi?.
Lalu ia lari ke atas puncak gunung dan berkata "wahai gunung kau besar, kuat dan tinggi sekali hingga angin pun tak kuasa menggoyahkanmu, izinkan aku berguru padamu"
gunung menjawabnya "iya aku kuat besar dan tinggi, tapi aku dibuat kelimpungan ketika segerombolan tikus menggerogoti tubuhku, aku tambal di sini lalu ia membuat lubang di sana, ah aku tak berdaya"
"Hmm, gunung kalah sama tikus? mau ditaruh di mana mukaku kalau seisi rimba tau aku berguru sama tikus".
Harimau bimbang, tapi masih penasaran siapa sebenarnya yang berilmu tinggi.
Dengan menepiskan perasaan gengsi akhirnya ia menemui tikus, ia bertanya "hei tikus, jika benar gunung mengakui kehebatanmu, maka bolehkah aku menjadi muridmu?
tikus setengah kaget ketika mengetahui Sang Raja Rimba ingin berguru padanya, dengan sedikit menunduk tikus menjawabnya "iya benar, aku bisa membuat gunung kelimpungan, tapi ....sebenarnya aku paling takut kalau sudah ketemu kucing kurus di pinggiran desa itu, ketika aku lengah sedikit ia begitu cepat menyergapku, sungguh sebaiknya kau berguru padanya".
Harimau terbelalak mendengar pengakuan sang tikus, sebab kucing kurus di pinggiran desa itu tidak lain tidak bukan adalah bapaknya sendiri yang pernah diceritakan kadal buntung.
Semenjak itu sang harimau mengakui kucing kurus di pinggiran desa itu sebagai bapaknya sekaligus sebagai gurunya.

Bogor Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun