Mohon tunggu...
Siro Alfayed
Siro Alfayed Mohon Tunggu... -

Terus melangkah mengukir jejak sejarah..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wisata Kampung Akhirat

29 September 2010   05:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

K.E.M.A.T.I.A.N. Mengapa begitu menakutkan sebagian insan yang mendengar? Padahal setiap manusia pasti mati. Lalu mengapa setiap manusia tidak pernah siap menghadapi kematian?

Itulah diantara pertanyaan yang akhirnya menginspirasi beberapa ustadz di Bandung untuk menginisiasi lahirnya pelatihan motivasi bernama Manajemen Dar Al Akhirat (MDA) Wisata Kampung Akhirat.

Berangkat dari sebuah peristiwa pribadi seorang Zaidi, yang bergulat dengan perihnya kehidupan.Asa yang terputus membuatalumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung ini nyaris mengambil jalan pintas, bunuh diri.

Namun, Allah rupanya tak berkenan menyaksikan kebodohan Zaidi terrealisasi.Sisa iman di dalam dada ternyata menjadi penolong dirinya untuk membatalkan niat busuknya itu. Ujian kehidupan memanglah tidak ringan, namun keimanan menjadi tameng yang memberikan kekuatan untuk tetap bertahan.

Saat lepas dari penderitaan itu, Zaidi menyadari betul kesalahan yang sempat terbersit dipikirannya untuk mengakhiri kehidupan. Dari sana, ia mulai melihat hidup dari kacamata yang lain. Ia semakin tegar, kuat dan memiliki orientasi hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Hidup harus disyukuri dengan berbuat lebih.

Bentuk ungkapan syukur itu ia refleksikan dalam sebuah film. Sebuah visualisasi dari pengalaman batinnya mengenai hakikat kehidupan, sekaligus hakikat kematian. Berjudul “Malam Pertama Di Alam Kubur” film yang dibuat secara independen itu ternyata cukup diterima di kalangan muslim. Film ini pulayang kelak di kemudian hari menjadi cikal bakal lahirnya Wisata Kampung Akhirat.

Mulanya film itu dibuat untuk konsumsi sendiri, sebagai ajangmengekspresikankesan pribadi tentang perjalanan yang sempat ia cicipi menghadapi persoalan hidup yang pelik. Namun saat rekan-rekan Zaidimenyaksikan langsung tayangan tersebut, tak sedikit yang menyarankan agarkarya itu disebarluaskan kepada khalayak luas. Lebih spesifik, salah satunya mengusulkan untuk mengemasnya semenarik mungkin, menjadi semacam training motivasi.

Namun, keraguan sempat menyeruak dalam diri para inisiator. Salah satunya Ustadz Darlis Fajar. “Membuat pelatihan tentang kematian rasa-rasanya perlu berpikir dua kali. Apa ada yang mau ikut pelatihan manajemen kematian? Apalagi kalau namanya pelatihan manajemen kematian, yang ada orang-orang lari pada takut,” katanya.

Maka, berdasarkan konsensus delapan orang ustadz dari Bandung dan Jakarta, dibuatlah sebuah lembaga training bernama Wisata Kampung Akhirat.

“Memang kita sengaja mengambil kata Wisata Kampung Akhirat ini, agar kesannya segar dan tidak menakutkan,” celoteh Darlis kepada Alhikmah di sela-sela aktivitas dakwahnya di sebuah bank swasta di Bandung.

Tahun 2009, Wisata Kampung Akhirat resmi menjalankan misinya untuk membuat setiap pribadi mencintai Allah, tidak terkena racun dunia dan merindukan khusnul khotimah. Maka, sebuah wisata yang menakjubkan, yang menyingkap hakikat perjalanan manusia menuju stasiun-stasiun akhirat, pun hadir.

Pelatihan ini membantu setiap peserta membuat hidupannya semakin bermakna, hidup indah dalam totalitas mencintai Allah SWT. Hidup jujur, amanah dan produktif dengan visi akhirat, membangun tatanan keluarga yang berlimpah kasih sayang serta mendapatkan formula bagaimana menjemput akhir hidup terindah.

“Sebetulnya pelatihan Wisata Kampung Akhirat ini sederhana saja. Cuma kajian tafsir mengenai kematian dari Alquran dan Alhadist. Tapi kami menggunakan multimedia, jadi banyak visualiasasi yang membantu para peserta memahami apa yang dikaji. Tidak bedalah dengan kuliah tafsir Quran dan Hadist versi multimedia,” papar Darlis.

Lebih dari 4 ribu orang alumni yang telah mengikuti pelatihan ini. Selain di kota Jakarta dan Bandung, tim MDA Wisata Kampung Akhirat ini sudah pernah menyambangi para peserta di pulau Bali dan Balikpapan.

“Sejauh ini para peserta 100 persen mendapatkan hal yang positif. Mereka menyadari selama ini belum mempersiapkan kematian. Pasca pelatihan ini mereka semakin bersemangat untuk lebih produktif lagi mengumpulkan bekal. Bahkan ada yang gara-gara pelatihan ini dua adik kakak yang tadinya kurang akur, tiba-tiba menjadi akrab. Bahkan salah satunya menjadi pengurus mesjid dan rajin beribadah kepada-Nya, kenang Darlis.

Melihat Akhirat dengan Jelas

Motto dari berbagai pelatihan yang dirancang oleh tim MDA Wisata Kampung Akhirat ini adalah melihat masa depan akhirat dengan lebih jelas. Selama ini banyak orang yang sibuk mempersiapkan kehidupan dunia mulai dari sekolah anak, perencanaan keluarga, karir bahkan untuk bisnis. Namun kematian yangsangat dekat dan rahasia tidak pernah dikupas tuntas. Kematian yang sudah pasti akan dialami semua manusia ini jarang diulas karena terasa menyeramkan dan menakutkan, serta tak jarang membuat pesimis.

Di Wisata Kampung Akhirat,kematian divisualisasikan dengan apik dan begitu menarik. Para peserta melihat kematian sebagai sebuah pesawat Jenazah Airlines yang mengantarkan para penumpangnya (mereka yang telah meninggal)ke babak-babak berikutnya paska kehidupan dunia. Babak-bakak tersebut antara lain: babak kematian, memasuki alam barjah, alam mahsyar, alam penghisaban, alam surga atau alam neraka.

Gaya penyajian yang mudah dicerna dan didukung oleh video menarik perihal ayat-ayat Alquran dan Alhadits terasa memberikan sebuah pencerahan dalam memandangsecara lebih luas tentang persiapan memasuki alam yang abadi. Peserta diajak untuk memahami topik yang menakutkan dengan menggunakan pendekatan yang halus dan mudah dicerna semua tingkatan usia. Efeknya adalah pencerahan tentang hakikat dari kehidupan kita ini.

“Pelatihan ini mengajak peserta untuk menyadari tentang kesadaran akan kehidupan saat ini untuk bekal kelak setelah kematian. Dan amalan dunialah bekal kita nanti. Oleh karena itu bagi yang sadar dan paham tentang kematian, maka hidupnya ia akan menjadi produktif dan optimis. Bukan pesimis, melainkan ia akan membuat prestasi-prestasi besar dalam

kehidupan ini. Itulah tujuannya,” tutur Darlis.

Dan begitulah, kereta Wisata Kampung Akhirat terus mengajak setiap insan untuk berjalan dalam kehidupan. Menyambangi stasiun-stasiun akhir yang pasti akan dilalui setiap insan yang bernyawa. Sesekali kita diajak bertamasya membayangkan keindahan syurga-Nya, pun kepedihan azab neraka.

Berwisatalah hati kita menuju kampung akhir. Semoga dengan demikian, kerinduan untuk kembali kehadirat-Nya akan terus membayangi hari-hari kita. Tentu dengan bekal yang cukup agar asa itu benar-benar indah terasa. Wallahu a’lam

(sempat dimuat dalam tabloid Alhikmah, Jawa Barat. info pelatihan: 085223552944)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun