Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konten Kemiskinan: Simpati atau Eksploitatif?

23 November 2022   22:29 Diperbarui: 23 November 2022   22:48 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada pembahasan lanjut dari pembuat konten untuk memperbaiki masalah kemiskinan, karena tujuan mereka hanyak konten dan konten. Bisa saja kaum miskin yang sudah berkerja siang dan malam tidak cukup untuk mensejahterakan kebutuhan pribadi. Atau mungkin kebijakan pemerintah yang benar-benar menyudutkan suatu warga agar terusir dan digantikan untuk tempat para pemodal (ya, kapitalis).

Bisa dilihat di negara Afrika, berapa banyak penduduk kelaparan, kekurangan air, menderita dan tersiksa oleh kemiskinan. Beberapa media lagi-lagi gagal meliput isu-isu kemiskinan sebagai karya jurnalistik. Penyorotan terhadap kaum miskin agar masyarakat luas simpati sekadar informatif belaka. Upaya untuk membongkar permasalahan sungguh dibungkam dan dinafikan.

Perawatan isu penduduk kemiskinan lewat di layar kaca terbilang nihil, mau bagaimana pun bisnis media belum bisa mandiri seutuhnya. Dari satu media ke media lain saling menyalin pengetahuan isu kemiskinan tanpa membahas “apa selanjutnya?” dan “adakah diskusi untuk meminimalisir kemiskinan antara warga dan media?” barangkali idealisme jurnalistik yang mulia kian surut dan kering.

Coba kita lihat salah satu aktris kaya yang mengkontenkan bantuan terhadap orang miskin, nyatanya permasalahan kemiskinan memang tidak bisa diselesaikan semudah itu, malah-malah membuat konflik ketika ia dimintai oleh orang miskin ke rumahnya. Ini bisa jadi ekspolitatif, kemiskinan jadikan daya keuntungan ekonomis pembuat konten, cerita orang miskin merupakan potensi pemerasan digital untuk simpati publik.

Lho, niat mereka membantu bukankah hal mulia dan terpuji, bahkan setiap agama menaikkan derajat orang-orang seperti itu. Tentu betul, kesalahan ada pada kepentingan pribadi membuat konten kemiskinan tanpa memikirkan dampak secara signifikan bagi kaum miskin. Berharap-harap agar lebih dibantu pada oleh khalayak umum, berakhir pada kekecewaan atas ekspetasinya. Jadi, hati-hati lain kali membuat konten kemiskinan ya!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun