Mohon tunggu...
sirius dirgantara
sirius dirgantara Mohon Tunggu... Freelancer - Bismillah ant filosofi

Bismillah dulu, Alhamdulillah kemudian. . Keep smile and enjoy proses in life :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Inner Child

16 November 2021   13:16 Diperbarui: 16 November 2021   18:21 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
edit by @sirius_dirgantara

Menurut Rainwater, subkepribadian mengorganisasikan dirinya diantara suatu kebutuhan di dalam jiwa (psyche). Jenis-jenis subkepribadian yang dapat eksis di dalam diri setiap orang dapat memiliki keragaman, termasuk salah satunya adalah  "inner child," yang tanpa disadari mempengaruhi respon saat ini terhadap suatu masalah. 

Dalam kehidupan sosial sebagai manusia dewasa yang terus berproses terkadang tidak menyadari hal ini. Pentingnya menyadari kesehatan mental khususnya Inner Child yang Kita miliki dalam bertumbuh dan berproses, apalagi di umur 20 tahun ke atas sudah sepatutnya berdamai dengan inner child paling tidak untuk memahami diri sendiri.

Inner child  atau anak kecil yang ada di diri sendiri saat seseorang sudah dewasa ini perlu dipahami. Manusia belajar dari pengalaman yang dilalui, sudah banyak hal tanpa disadari berlalu baik ataupun buruk yang menjadikan itu sebagai guru untuk diri sendiri. Pengalaman seseorang dimasa lalu ketika masih kecil yang menimbulkan kesan bahagia, senang, bangga, kecewa, sedih, atau bahkan memalukan. 

Ketika kecil tanpa disadari pasti ada satu atau dua hal yang merupakan pengalaman pahit dan tidak terlupakan sampai saat ini. Selain itu, ada hal yang mungkin saja terhadap hal ini mengakibatkan diri kecil yang saat itu belum menerima, baik respon dari orang tua, kakak, teman, guru dan lain sebagainya. 

Contohnya kalimat seperti “jangan nangis, masa gitu aja nangis,” atau kalimat-kalimat ejekan dari teman ketika kecil, perbandingan antara Kaka dan Adik, dan lain lain.

Ketika kecil mungkin belum memiliki power atau kekuatan untuk membalas sehingga meninggalkan luka. Dalam pengalaman terdapat luka yang sampai saat ini menimbulkan reaksi emosional yang tidak seharusnya sehingga karena kebutuhan untuk sesuatu yang belum terselesaikan dan harus diselesaikan minimal diterima dan dipahami oleh diri sendiri agar tidak menimbulkan respon dari sikap saat ini. Berikut adalah respon dari ciri-ciri seseorang yang Inner Child nya terluka:

  • Mudah merasa takut akan hal apapun yang dijalani saat ini.
  • Tidak percaya pada diri sendiri.
  • Memiliki emosi yang tidak stabil.
  • Terlalu kompetitif dan tidak mau gagal.
  • Sering menyalahkan diri sendiri

Adapun cara berdamai dengan Inner Child adalah sebagai berikut:

  • Berkorelasi dengan anak kecil di diri yang saat ini “tanyakan apa hal yang membuatnya takut, apa yang dibutuhkan, harus seperti apa selanjutnya,”
  • Memahami Inner Child dan meningkatkan self care.
  • Konsultasi ke profesional jika memang Inner Child itu menimbulkan stress.  

Small for smile  :) 

Hidup adalah sebuah drama dimana kita selalu menjadi peran utama dari kehidupan yang sedang dijalani. Tanpa disadari dalam kehidupan tak banyak anak kecil yang hidup selalu bahagia, bahkan anak kecil yang bahagia sekalipun pasti memiliki pengalaman pahit dalam hidupnya. Salah satu ayat Al-Qur'an menjelaskan bahwa  “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286). Begitupun dengan masa kecil yang mungkin meninggalkan luka atau pengalaman pahitnya.

It’s okay to be not okay, keep smile, keep enjoy your life, and keep happy.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun