Mohon tunggu...
Siripkon Bitdana
Siripkon Bitdana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Basketball, Volleyball, Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Liar di Tengah Laut, oleh Siripkon

11 November 2024   05:28 Diperbarui: 11 November 2024   07:34 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Mentari sore menyinari wajah Riny, terpantul dari kaca jensela yang t terbterbuka.lalu Ia duduk di tepi ranjang, jari-jari lentiknya menelusuri halaman demi halaman buku tebal yang tergeletak di atas lutut. Matanya menerawang jauh, seolah-olah melihat masa depan yang belum pasti. Riny adalah seorang gadis cantik muda dengan mimpi besar. Ia ingin menjadi penulis, mengukir kata-kata yang mampu menyentuh hati dan menggugah jiwa. Namun, jalan menuju impiannya tak selalu mulus.Sejak kecil, dia dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan ke. Ayahnya, seorang pengusaha sukses, selalu menuntut Riny untuk mengikuti jejaknya. Ia ingin Riny menjadi penerus bisnis keluarga, bukan seorang penulis yang dianggapnya tak menjanjikan. Riny, kapan kamu akan serius dengan hidupmu? Kapan kamu akan berhenti dengan mimpimimpi yang tak realistis itu? Suara tegas ayahnya bergema di telinganya, mengiris hati yang sedang berbunga-bunga.Riny berusaha keras untuk meyakinkan ayahnya, namun semua usaha itu sia-siakan. Ayahnya tak pernah mau mendengarkan. Ia selalu menganggap Riny sebagai anak yang lemah dan tak berdaya, tak mampu untuk menghadapi kerasnya dunia.Aku tahu, kamu bisa menjadi penerus bisnisku yang hebat.Kamu cerdas, kamu punya potensi. Tapi kamu terlalu lemah, kamu terlalu mudah menyerah,kata ayahnya dengan nada dingin. Riny terdiam, air mata mengalir deras di pipinya. Ia tak pernah merasa lemah, ia tak pernah merasa mudah menyerah.Ia hanya ingin mengejar mimpinya, ingin membuktikan bahwa ia mampu meraih apa yang diinginkannya.Suatu hari, Riny mendapat kesempatan untuk menerbitkan cerpennya di sebuah majalah sastra ternama. Ia sangat gembira, akhirnya mimpinya mulai terwujud. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ayahnya marah besar, ia menganggap Riny telah membuang-buang waktu dan uangnya untuk hal yang tak berguna.Kamu sudah gila! Kamu mau membuang masa depanmu untuk hal yang tak jelas ini?" bentak ayahnya.Riny berusaha untuk tenang, ia mencoba menjelaskan bahwa menulis adalah passion-nya, bahwa ia ingin mengejar mimpinya. Namun, ayahnya tak mau mendengarkan. Ia langsung memutuskan untuk mencabut semua fasilitas yang diberikan kepada Riny, termasuk uang bulanan dan akses ke perusahaan.Kamu tak punya pilihan lain,Riny. Kamu harus kembali ke jalan yang benar. Kamu harus menjadi penerus bisnisku,kata ayahnya dengan tegas. Riny terpuruk, ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Ia kehilangan segalanya,uang,fasilitas, dan dukungan dari orang tuanya.Namun,ia tak mau menyerah. Ia masih punya mimpi, ia masih punya tekad untuk meraihnya. Riny langsung minta memutuskan untuk mencari pekerjaan. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil. Ia bekerja keras, siang dan malam, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengumpulkan modal untuk menerbitkan buku pertamanya. Ia tak pernah melupakan mimpinya, ia selalu menulis di sela-sela waktu luangnya.Kamu yakin bisa sukses dengan cara ini, Riny? tanya sahabatnya, Maya, yang selalu mendukungnya.Aku harus yakin, Maya.Aku tak punya pilihan lain. Aku harus membuktikan kepada ayahku bahwa aku mampu, bahwa aku sekuat itu, jawab iny dengan penuh keyakinan. Riny terus menulis, ia mengirimkan cerpen dan puisi ke berbagai media.Ia juga aktif mengikuti lomba menulis dan workshop menulis.Ia belajar dari pengalaman, ia belajar dari para penulis senior.Suatu hari, Riny mendapat kesempatan untuk mengikuti workshop menulis di sebuah kota besar. Ia sangat antusias, ia ingin belajar lebih banyak dari para penulis profesional.Namun, ia tidak punya cukup uang untuk biaya perjalanan.Ia pun terpaksa menggadaikan kalung emas kesayangannya. Aku yakin, ini akan menjadi langkah yang tepat,gumam Riny dalam hati. Di workshop, Riny bertemu dengan seorang editor terkenal, Pak Budi. Pak Budi sangat terkesan dengan bakat menulis Riny.Ia menawarkan Rara untuk menerbitkan novel pertamanya. Saya yakin, novelmu akan sukses besar, Riny,kata Pak Budi dengan penuh semangat. Riny sangat gembira, akhirnya mimpinya terwujud.Ia berhasil menerbitkan novel pertamanya, Bunga Liar di Tengah Badai". Novel itu menceritakan tentang perjuangan seorang gadis muda untuk meraih mimpinya di tengah berbagai rintangan. Novel Riny mendapat sambutan yang luar biasa dari para pembaca. Ia menjadi best seller dan diadaptasi menjadi film.Riny pun menjadi penulis terkenal, namanya dikenal di seluruh negeri. Suatu hari,Riny bertemu dengan ayahnya di sebuah acara penghargaan. Ayahnya terlihat sangat bangga melihat kesuksesan Riny. Ia akhirnya mengakui bahwa ia salah menilai Riny, bahwa Riny jauh lebih kuat dari yang ia bayangkan. Maafkan aku, Riny. Aku telah salah menilai kamu. Aku tak pernah percaya bahwa kamu bisa sukses. Tapi ternyata, kamu jauh lebih kuat dari yang aku bayangkan, kata ayahnya dengan suara bergetar. Riny tersenyum, ia memeluk ayahnya erat-erat. Tak apa, Ayah. Aku mengerti. Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku sekuat itu, bahwa aku bisa meraih mimpinya, jawab Riny dengan lembut. Riny akhirnya menyadari bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada harta, kekuasaan, atau status sosial. Kekuatan sejati terletak pada tekad, semangat, dan keyakinan untuk meraih mimpi.Ia telah membuktikan bahwa ia sekuat itu, bahwa ia mampu menghadapi badai dan tetap mekar seperti bunga liar yang tumbuh di tengah padang pasir. Kisah Riny mengajarkan kita bahwa mimpi tak akan pernah mati, selama kita memiliki tekad yang kuat dan semangat yang tak kunjung padam. Kita semua memiliki kekuatan untuk meraih mimpi, tak peduli seberat apa rintangan yang dihadapi. Seperti bunga liar yang tumbuh di tengah badai, kita bisa mekar dengan indah dan kuat, asalkan kita terus berjuang dan tak pernah menyerah.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun