KBRI Vatikan menyelenggarakan dialog Islam Katolik sebagai usaha menjembatani perbedaan sekaligus membangun kerukunan antar agama. Dialog tersebut bertempat di Aula Basilica del Buonconsiglio, Napoli, Italia pada Sabtu (18/11). Tema dialog "Memperkuat Kerukunan Umat Muslim dan Katolik di Indonesia"
Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono dalam pembukaan acara menekankan pentingnya dialog Islam Katolik. Karena dalam acara ini diharapkan tumbuh rasa saling pengertian dan saling menghormati antar pemeluk agama, sehingga harmoni dan kerukunan beragama dapat terwujud di Indonesia.
Kardinal Sepe menyatakan harapan agar dialog ini terus berlanjut. Selain adanya dialog, dia menginginkan adanya berbagai kegiatan sosial yang dilaksanakan dengan melibatkan kelompok masyarakat luas yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda.
Dosen IAIN Surakarta, Zaenal Muttaqin menitikberatkan pada bagaimana Islam memandang pluralisme di Indonesia. "Dalam Alquran disebutkan bahwa Tuhan menciptakan manusia sudan berbeda-beda dan Islam tidak memberikan larangan untuk berbuat baik kepada sesama," kata Mutaqqin.
tiga metode untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama. Diantaranya adalah dialog teologis yang terkait dengan saling belajar bagaimana keyakinan orang lain terhadap agamanya, bukan dari perspektif agama sendiri melainkan bagaimana pemeluk agama lain meyakini agamanya. Kedua adalah dialog sosiologis, yaitu bagaimana pergaulan di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk membina kerukunan dengan melibatkan warga lintas agama. Ketiga adalah kerja sama lintas agama dalam bentuk kolaborasi di lapangan untuk mencari solusi persoalan kemanusiaan seperti pendidikan kemiskinan, ketimpangan sosial dan ekonomi, kekerasan dan sebagainya.
Valeria Martano menekankan bahwa Indonesia adalah sebuah contoh besar sebagai negara dimana rakyatnya dapat hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, terutama perbedaan agama.
Dialog antar agama merupakan hal yang sangat penting terlebih di Indonesia, karena di Indonesia sendiri memiliki banyak keberagaman mulai dari yang seiras sampai bertentangan. Karena keberagaman tersebut sangatlah penting untuk mengadakan dialog antar umat beragama, terlebih lagi antar umat kristiani (katolik) dan juga umat islam yang bisa dikatakan banyak mengalami bentrok diantara keduanya. Diadakannya dialog antara katolik dan islam di basilica ini menurut saya sangat baik, karena dalam pertemuan kedua belah pihak sungguh mengakui bahwa ajaran cinta kasih harus dilakukan dan kedua belah pihak juga menegaskan bahwa agama islam maupun katolik mengajarkan untuk berbuat kasih dan tidak ada salahnya berbuat baik pada sesama dengan agama berbeda.
Dari dialog yang diadakan ini, saya rasa ini adalah dialog yang bisa mempersatukan kedua belah pihak selain tujuannya tapi juga cara pembahasannya yang terbuka. Dialog yang terjadi di aula Basilica del Buonconsiglio, Napoli, Italia pada Sabtu (18/11) ini menurut saya sudah memenuhi syarat untuk berdialog karena kedua belah pihak saling mempercayai dan mau membagikan pengalaman imannya. Dalam pertemuan ini yang patut untuk diapresiasi adalah dimana para pemuka agama dari pihak islam maupun katolik mau turun tangan dan memberikan semangat agar dialog yang terjadi ini dapat berjalan bukan hanya sekali tapi berkelanjutan.
"Saling belajar bagaimana keyakinan orang lain terhadap agamanya, bukan dari perspektif agama sendiri melainkan bagaimana pemeluk agama lain meyakini agamanya."
 Dari kata kata ini menunjukan bagaimana kita harus menghormati kepercayaan orang lain bukan hanya dari pandangan kita tapi bagaimana orang lain meyakini imannya. Selain itu dalam dialog ini juga mengedepankan unsur teologi yang artinya dialog ini bukan hanya dialog secara horizontal saja tapi juga vertikal.Dialog ini menghubungkan unsur keagamaan seperti ayat AL-Qur'an dan ayat Kitab suci tentang bagaimana kita bersikap baik dan menghormati orang lain yang memiliki kepercayaan berbeda.Â
Yang melambangkan dialog secara horizontal adalah dialog secara sosiologis. hal ini berhubungan dengan  memikirkan bagaimana cara memanfaatkan pergaulan di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk membangun kerukunan. Selain itu dalam dialog ini terjadi juga kerja sama lintas agama yang patut diapresiasi karena dapat merasakan manfaatnya adalah masyarakat luas. Hal ini juga dapat meningkatkan kerukunan dan dialog yang terjadi.Â