Mohon tunggu...
sirilus agung
sirilus agung Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar, seminari stella maris

saya adalah seorang plegmatis, senang untuk melihat hal baru. Saya memiliki ketertarikan terhadap dunia olahraga khususnya bola basket dan bola voli. Saya suka sekali membaca apalagi topik yang dibahas mengenai konspirasi, fantasi, sejarah, dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadat Harian sebagai Penunjang Hidup Panggilan

3 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibadat harian atau bisa disebut juga dengan brevir merupakan suatu rangkaian doa yang berguna untuk menandai waktu dan menguduskan hari dengan doa. Ibadat harian atau brevir termasuk ke dalam liturgi dalam Gereja katolik. Ibadat harian ini dilakukan dalam dalam 7 waktu yang berbeda.

Yang pertama Matutinum dilakukan pada waktu sebelum matahari terbit, yang kedua adalah laudes dilakukan ketika matahari telah terbit, tertia dilakukan pada saat matahari mendekati titik tertinggi, sexta dilakukan saat matahari tepat berada di titik tertinggi, nona dilakukan pada saat matahari mendekati terbenam, vespere dilakukan pada saat matahari terbenam, dan completorium dilakukan pada saat akan mengakhiri hari sebelum istirahat malam. Maka jika ditotal terdapat 7 ibadat berbeda dalam 7 waktu yang berbeda juga.

Ibadat brevir bisa dikatakan salah satu unsur yang bisa meningkatkan semangat panggilan, jika dihayati dan direfleksikan dengan baik. Brevir atau ibadat harian ini dapat dikatakan sebagai unsur penunjang hidup panggilan karena di dalamnya terkandung banyak mazmur-mazmur yang berisikan tentang kisah indah dan ratapan yang jika direfleksikan dengan baik memiliki banyak makna untuk menunjang hidup spiritual dan rohani calon imam..

Faktanya memang benar bahwa brevir bisa menunjang kehidupan panggilan karena dalam ibadat brevir itu melatih para seminaris yang notabene merupakan calon imam semakin baik dalam hidup doa, tapi hal itu akan terjadi  hanya jika dihayati dengan baik. akan tetapi seringkali para seminaris merasa jenuh pada ibadat harian ini karena mungkin terlalu sering dan membosankan. Kebosanan ini sebenarnya bukan karena "ibadat harian"nya tapi, kurangnya kemauan dari diri para seminaris untuk menghayati makna yang terkandung dalam ibadat harian ini. Untuk mencari esensi yang sebenarnya dari brevir ini sangat membutuhkan sikap "participatio actuosa" atau dalam bahasa indonesianya adalah partisipasi yang aktif dalam ibadat harian ini sehingga dari partisipasi dan keaktifan kita dalam mengikuti ibadat brevir ini, kita dapat benar benar menghayati ibadat ini sehingga kita dapat menemukan esensi yang sebenarnya dari ibadat brevir ini.

penghayatan mendalam mengenai ibadat brevir semestinya dilatih dengan lebih intens. Hal ini bertujuan agar  para calon imam dapat sungguh membangun hidup rohani dengan baik dan menghayati panggilan dengan baik juga. Maka jika hidup rohani dapat dihidupi dengan baik maka para calon imam dapat menghayati tugas perutusannya kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun