Mohon tunggu...
Siriaki Bewirawan
Siriaki Bewirawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Open Minded Civil

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kreatifitas Abdi Kecil Edukasi Macet

3 September 2013   18:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa sudah tidak menarik lagi di bahas. Kendati demikian masih ada Abdi Edukasi yang mau berkreasi secara kompetitif di pasaran. Kreatifitasnya bermacam-macam sesuai bidangnya. Memanfaatkan sampah menjadi media pembelajaran matematika, TIK sebagai sumber belajar yang paling up date, musik sebagai media pembelajaran bahasa, alam semesta sebagai media pembelajaran IPA dan sebagainya. Semakin bermunculan kreator-kreator mini baru di bidangnya masing-masing semakin rame pula ajang kompetisinya. Lembaga-lembaga ilmiah, panitia-panitia kecil atau besar telah membuka kesempatan bagi abdi-abdi edukasi kreatif untuk menampilkan karya-karya kecil nyata. Karya yang diakui bermanfaat boleh dihargai dengan sekedar sertifikat, piagam, tropi, atau secuil amplop berisi recehan, namun ada pula yang berkesempatan beramah tamah dengan Presiden RI di Istana Negara.

Kenyataan ini sudah dan sedang berlangsung dan sangat menarik bagi yang tertarik . Motivasi bisa beragam, ada karena hadiah kecil, karena prestasi , integritas, bahkan ada yang sekedar hobby atau gengsi. Tetapi apapun motifnya yang jelas mereka sudah tampil dengan ide-ide segar. Keadaan ini mengandung sebuah makna phsikis yang sangat berharga, yaitu "nyaman" . Dalam ruang lingkup yang nyaman abdi-abdi edukasi kecil menjadi kreatif, innovatif, proaktif. Nampaknya titik nyaman menjadi modal penting untuk menghidupkan potensinya. Semakin nyaman seseorang semakin besar hasrat untuk mengexplore energi positif yang dimilikinya.

Pada lingkup wilayah, Negeri ini sangat luas dan terbagi-bagi, ada wilayah yang kondusif, ada wilayah wisata, wilayah industri, wilayah preman, wilayah pedalaman, wilayah konflik dan sebagainya.

Bagaimana nasib para abdi edukasi yang berada di dalam lingkup wilayah tidak nyaman? Jawabannya mudah: "tidak nyaman pula pikiran dan perasaannya ". Dalam kondisi tidak nyaman, khawatir, takut dan rasa-rasa serumpun dengan itu melekat dalam diri mereka dan membelenggu energi positif. Potensi kreatif menjadi macet terhalang oleh sekat-sekat ketidak nyamanan.

Apa solusinya? Bisa dipahami bahwa menjaga kenyamanan, keamanan, ketertiban dan kesantunan di Negeri ini tidak mudah. Namun demikian suasana nyaman kondusif harus diwujudkan. Optimalkan fungsi petugas keamanan teritorial luar maupun dalam. Pak lantas, Pak Sabara, Pak Barimob, Pak Tentra, Pak Dewan dan teman-temannya. Jamin keamanan dan kenyamanan bekerja sehingga abdi- abdi kecil edukasi bisa tampil kreatif dalam bekerja dan pada gilirannya anak-anak didik mereka pun merasa nyaman belajar, siap menjadi penyalur energi positif penjamin kemakmuran generasi berikutnya. Selamat bertugas Pak Aman..............Terimakasih atas kesigapanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun