Di tengah perjalanan menuju ke sekolah seorang siswi didik saya sebagai pengguna jasa ojek yang kebetulan satu arah, mendahului saya seraya seloroh, "Yee...Pak Guru Terlambat" tepat di samping kendaraan yang saya kendarai sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah saya, dan selorohan itu diulang-ulang hingga menghilang di kejauhan . Seketika itu jantung terhenyak kaget mengacaukan pikiran merangsang rasa malu. Hingga sampai di sekolah rasa malu masih mengganggu pikiran merusak konsentrasi saat mengajar di kelas.
Petualangan pikiran bercampur perasaan malu tak kunjung pudar hingga sampai mengkorek sedikit memori tentang pendidikan karakter yang sedang trend saat ini. Kegundahan petualangan dan perasaan malu coba saya tepis dengan sebuah pengakuan keterbatasan sifat manusiawi. Saya sadar apapun alasan yang bisa saya ungkapkan mustahil dapat merubah ' image negative' terhadap keterlambatan saya tadi pagi, dan bahkan bisa membekas di benak saya selama hidup pun di benak siswi tersebut.
Sementara sedang hangat-hangatnya isu pendidikan karakter yang menuntut keteladanan guru di era propaganda karakter ideal, ternyata ada seorang siswi yang kritis dan dengan polosnya seloroh "Yee... Pak Guru Terlambat" tanpa balas sepatah kata pun dari mulut saya.
Pengalaman sekilas tersebut sempat saya ceritakan kepada teman-teman di ruang guru ketika sedang istirahat, dan seketika itu pula gelak tawa justru pecah di dalam ruang kantor yang sempit itu pula. Entah motif apa yang mendorong gelak tawa atas cerita saya tadi. Yang jelas peristiwa itu merupakan pelajaran sekaligus pukulan mental yang sangat berharga bagi saya pagi tadi. Semoga Tuhan memberikan ketaguhan hati untuk memperbaiki disiplin sebagai seorang pendidik yang memiliki komitmen dan integritas yang lebih matang........Amin.............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H