Mohon tunggu...
Siremitasih_o
Siremitasih_o Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seseorang yang memiliki kepribadian Introvert dan hobi membaca Wattpad. Adapun hal yang mungkin menjadi hobi juga adalah suka memperhatikan perilaku orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Pertama, Penanggung jawab Keluarga?

16 Juni 2022   16:35 Diperbarui: 16 Juni 2022   17:11 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source image : pixabay.com

Menjadi dewasa sebelum waktunya merupakan tuntutan yang diberikan kebanyakan orang tua kepada anak pertama. Anak pertama seolah menjadi proyek percontohan untuk adik-adiknya. Harus baik, harus berprestasi, harus sukses dan harus-harus lainnya. Ketika usia remaja dituntut untuk jadi orang dewasa yang bisa segalanya. 

Mungkin kalian pernah mendengar kalimat seperti ini “jadi orang sukses ya, angkat derajat kedua orang tuamu”. Tuntutan tidak hanya berasal dari keluarga. Pada kenyataannya tuntutan dapat berasal siapa saja. Sanak saudara, teman bahkan tetangga yang notabennya bukan bagian dari keluarga dapat menuntut ini itu pada remaja yang bergelar anak pertama.

Tidak hanya itu ada sebagian teman-teman kita yang bergelar anak pertama di limpahkan tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Diluar permasalahan yang ada, jelas kita tahu, bahwa notabennya tulang pungung keluarga adalah orang tua. Tidak peduli perasaanya, anak pertama wajib memikul harapan-harapan keluarga. Ketika hasil tak sesuai dengan ekspetasi, tak jarang anak pertama menjadi bulan-bulanan. Cibiran, lontaran kata-kata kasar dan paling parah pukulan, begitu mudahnya dilakukan sebagai bentuk kekecewaan. Entah kekecewaan yang seperti apa? Jelas bagi kita hal tersebut dapat memicu kekecewaan luar biasa bagi anak pertama. Segala upaya dia lakukan agar tercapai harapan tapi yang di pandang hanya hasil, hasil dan hasil tanpa ingin tahu prosesnya.

Tak ada diskusi, semua keputusan sudah di tetapkan, dan anak pertama wajib menjalankan. Ketika mencoba untuk menyuarakan pendapatnya, suara itu dianggap angin lalu. Anak pertama sudah pasti tahu kesusahan kedua orang tuanya, adik dan keluarga. Pertanyaanya apakah mereka juga tahu kesusahan anak pertama? Jatuh bangkit sendiri, kecewa disembuhkan sendiri, dan banyak lainnya.

Perlu sangat di ingat, anak pertama juga manusia biasa. Mereka bukan robot, mereka bisa sedih, sakit, terluka dan kecewa. Anak pertama juga ingin pendapatnya di dengar, sejenak juga ingin merasakan bebas dari tanggung jawab. Jika boleh meminta, mereka juga tak ingin di lahirkan menjadi anak pertama yang baru lahir saja, di bebankan tanggung jawab luar biasa.

Kemudian apakah anak pertama merupakan penanggung jawab keluarga? Perihal tanggung jawab, sejatinya tanggung jawab manusia ada pada dirinya sendiri. Anak pertama tidak harus menjadi proyek percontohan adiknya. Anak pertama, kedua, ketiga dan anak-anak lainnya merupakan tangggung jawab orang tua. Baru ketika dewasa anak-anak ini bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Untuk menjadi baik, berprestasi, sukses dan lain sebaginya merupakan peran orang tua dalam hal mendidik anak-anaknya. Bagaimana pendidikan, perlakuan, dan proses lainnya yang diberikan orang tua untuk mencapai hal tersebut.

Terahir teruntuk anak pertama yang membaca ini, meski bahumu diasah menjadi sekuat baja, tetap ingat kamu manusia biasa. Jika cukup waktu, bersenang-senanglah, bahagiakan dirimu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun