Marsidiapari, salah satu praktek hidup sebagai presentase kolektifitas masyarakat Indonesia terutama suku Batak. Jauh di masa kanak-kanak dulu, proses ini dilakukan oleh petani terutama perempuan. Membersihkan rumput di sawah, saat musim panen tiba, atau hanya sekedar menabur bibit bersama.Â
Sebuah kebersamaan untuk saling meringankan tugas, menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan murah, penuh gelak tawa dan berisi hal-hal positip lainnya. Marsidiapari adalah salah satu akar kegotongroyongan. Melibatkan beberapa orang. Beban yang berat akhirnya berkurang. Kegotongroyongan sudah menjadi akar budaya Indonesia. Dan saat BPJS Kesehatan memilih landasan ini sebagai salah satu "Value" dalam menjalankan misinya. Tentu sebuah pilihan yang tepat. Apa yang bisa dipetik dari proses Marsidiapari  jika dikaitkan dengan kegotongroyongan yang didengungkan oleh BPJS Kesehatan?
1. Marsidiapari sebagaimana dasarnya adalah proses berbagi beban. Sebagaimana sudah dilakukan oleh BPJS Kesehatan melibatkan ratusan ribu bahkan jutaan orang sebagai salah satu nasabah adalah "Investasi terbaik" yang sudah dimiliki oleh BPJS. "Subsidi silang" menjadi trik terbaik yang sudah dilakukan.Â
Persoalannya adalah bagaimana agar kemanfaatan itu juga dirasakan oleh yang menyubsidi. Atau hanya sekedar sms ucapan terima kasih karena telah membayar premi dengan teratur kepada kontak person di sebuah perusahaan yang rajin membayar premi. Atau membuat event-event sosial yang melibatkan personal, corporate yang unik dan bermanfaat bagi banyak orang. MIsalnya seperti Yayasan-Yayasan sosial yang juga mendaftarkan stafnya menjadi anggota BPJS Kesehatan.
2. Marsidiapari sebagaimana proses jaman dulu yang kini sudah mengikis memiliki aturan tak tertulis tentang standard kerja tertentu. Saat bekerja di ladang  /sawah orang, kita harus bekerja profesional, memberikan yang terbaik dan akhirnya akan memuaskan semua pihak. Begitulah sebaiknya yang harus dicapai oleh BPJS Kesehatan. Secara massive, terstruktur dan adaptable, BPJS Kesehatan sudah melakukan banyak terobosan baru. Hingga pelayanan satu pintu yang cepat , tepat dan murah.Â
Ke depan, BPJS Kesehatan harus menjadi asuransi sosial terbaik di mata rakyat Indonesia. Dan peluang itu sangat besar dan terbuka di tengah kapitalisasi yang saat ini menyerang seluruh dunia.BPJS Kesehatan yang masih bercampur dikelola oleh negara harus menjadi garda terdepan menjamin kualitas hidup yang lebih baik di Indonesia . Kepercayaan dasar yang sudah terbangun dari masyarakat Indonesia harus didukung dengan semangat kerja profesional, memberikan yang terbaik dan memuaskan rakyat Indonesia.Â
Agar baiknya"kepercayaan ini" tidak teracuni dengan membanjirnya asuransi asing dengan berbagai model liberalisasi, individualisasi yang dibungkus dengan propaganda indah. Â Yang akhirnya meninabobokkan dan menyeret orang untuk lebih memilih mereka. Basis dasar BPJS Kesehatan yang mengakar dari tradisi kegotongroyongan harus disebarluaskan ke seantero bumi INdonesia. Tetap dengan berpegang pada peningkatan kualitas pelayanan yang terbaik.
3. BPJS Kesehatan sudah terasa gaungnya dimana-mana. Pro Kontra, bisik-bisik, propaganda bermacam model, intrik hingga analisa pada kepentingan pada kekuasaan. Nilai uangnya yang triliunan,  telah membuat banyak analisa  dan akhirnya mengalihkan "misi dasar" yang sesungguhnya.Â
Bahwa idiologi Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup tentang "keadilan sosial" "Kemakmuran rakyat" bahkan di Undang-Undang Dasar secara jelas menyatakan hak atas hidup sehat, hak atas kehidupan yang terjamin dan hak atas peningkatan kualitas hidup menjadi dasar yang kuat bahwa BPJS KEsehatan adalah pilihan terbaik saat ini. Sesuatu yang normal jika banyak kontradiktif  muncul. Dan itu adalah pemicu dalam memperkaya proses kegotongroyongan itu sendiri. Akar yang sudah ada harus diperkaya dengan situasi jaman sekarang yang melibatkan masyarakat yang semakin cerdas. Dan merupakan kekayaan terbaik bagi BPJS untuk meramunya menjadi sebuah kekuatan besar.
Cukuplah analisa berat diatas. Inilah share saya tentang realitas BPJS KEsehatan saat ibu saya pernah hampir 6 bulan dirawat di rumah sakit.
Menginjak usia 79 tahun, ibu saya jatuh di kamar. Bonggol pinggul terlepas dari engselnya.DIa kesakitan luar biasa. Kami langsung membawanya ke salah satu rs di kota Medan. Begini refleksi saya saat membawa ibu saya ke rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS KEsehatan ini: