Ini terjadi 35 tahun lalu. Dua orang guru lelaki ini lahir dari sebuah proses unik. Sangat mampu merubah diriku dan menempa menjadi manusia yang menyukai sastra dan mencintai science.
Jika ada konsep Merdeka Belajar saat ini, maka dua orang guru SD yang pernah kukenal puluhan tahun itu sudh lebih dahulu menerapkannya.
Seorang guru Bahasa Indonesia, suku Jawa.
Memiliki tulisan seindah kemolekan alami yang menghipnotis mata tak berkedip. Saat belajar sastra, kami dibawa pada kedalaman rasa dan peristiwa dimana cerita fiksi menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Sekolah Dasar yang terletak di antara bentangan kebun teh di belakang, keliukan sawah yang indah di sebelah kiri dan lembah dipenuhi berbagai tanaman buah di sebelah kanan menjadi eksplorasi menyenangkan.
Puisi-puisi dari tangan kecil kami akan semakin mendayu-dayu disertai aroma teh oleh semilir angin. Bukit kecil di ujung sekolah menjadi arena duduk melepas pandangan bebas.
"Tuliskan, apa yang kamu rasakan!"
"Resapi sepoi angin."
"Bahkan impianmu pada kehidupan di seberang."
Motivasi, semangat dan cara menikmati kealamian yang ditawarkan bumi adalah spesialisasi beliau. Kemudian pena-pena akan menari. Bait, Larik, aa,aa, ab,ab,abab menjadi sebuah pelajaran paling ditunggu.Â
Yang lain guru IPA