Mendengar istilah frugal living yang identik dengan kesederhanaan dan kemampuan mengelola keuangan jumlah sedikit tetapi mampu menjalani hidup dengan baik membuat saya tertarik menulis kisah-kisah ini.
Besar dan hidup dalam budaya salah satu suku di Indonesia, Batak, membuat saya menemukan bahwa konsep hidup ini sudah  jauh diterapkan perempuan Batak terutama yang hidup di era tahun 80-an. Kini usia-usia perempuan ini berkisar antara 90 tahun hingga ke usia 60 tahun.
Para perempuan dengan pendapatan sedikit tetapi bisa menyekolahkan anak hingga sarjana.
Beberapa proses yang mereka lakukan antara lain:
1. Konsumsi pangan
Terkait dengan konsumsi pangan, para perempuan ini memiliki kemampuan mengirit dalam menyediakan konsumsi bagi keluarga.
Salah satu trik adalah dengan membawa makanan dari pesta. Atau ketika ada acara adat di desa, biasanya selalu makan besar.
Para ibu akan membawa makanan ke rumah. Trik ini minimal bisa menyelamatkan 1-2 hari kebutuhan pangan di rumah ha-ha.Â
Misalnya ada pesta kerabat dekat dengan menyembelih kerbau atau babi, setiap anggota keluarga selalu diberi "jambar" berupa potongan daging yang mentah atau setengah masak sebagai tanda bahwa mereka memiliki peran dalam keluarga yang punya acara tersebut.
Potongan daging ini di luar sepiring nasi yang mereka konsumsi di saat acara. Potongan daging ini biasanya akan dibawa ke rumah dan diolah sesuai selera.Â
2. Belanja Mingguan
Hidup dalam suasana pedesaan,dimana pasar tidak buka setiap hari, maka model belanja mingguan yang dilakoni menjadi bagian yang mendukung living frugal. Akan ada daftar belanja mingguan mulai dari kebutuhan sayur, ikan, kopi/teh/gula atau minya goreng dan kebutuhan lainnya.