Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Ornop Memulainya 20 Tahun Lalu Lho!

13 Maret 2023   15:48 Diperbarui: 13 Maret 2023   16:01 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistim Pendidikan Menjadi Salah Satu Pilar Penting Membangun Bangsa 

Ada 3 pilar besar atau komponen bangsa yang ikut dalam membangun bangsa, negara, swasta dan masyarakat sipil. Pendidikan masuk ke negara atau sipil? Pendidikan atau sekolah dan universitas adalah komponen penting yang berkontribusi besar dalam membangun kualitas bangsa. Dengan kualitas tinggi dan majunya karakter bangsa, maka kemakmuran bisa dicapai dengan cepat.

Merdeka belajar masih baru didengungkan 3 tahun terakhir ini. Sementara banyak komunitas warga atau sebut saja Ornop (Organisasi Non Pemerintah) sudah memperkenalkan konsep ini sejak 20 tahun lalu. Tapi konsep ini banyak diejek di jaman itu. Era dimana konsep belajar masih dua arah. Bottom up. Saat itu guru adalah pusat segala-galanya, guru mengetahui semua pengetahuan dan keterampilan. Sementara murid adalah orang bodoh yang harus dijejali berbagai pengetahuan baru dan mendapatkan keterampilan.

Berita baiknya , era ini kita sudah menyadari bahwa Belajar harus merdeka, kurikulum yang dibuat harus memerdekakan orang. Setiap orang memiliki kekhasan, setiap murid punya potensi, tidak ada yang bodoh. Sehingga kurikulum merdeka memberi dorongan bagi semua murid untuk berkreasi senyaman mungkin. Memajukan setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Sebuah model pembelajaran yang akan menguatkan karakter manusia. 

Semua Orang Adalah Guru, Dan Semua Tempat adalah Sekolah

Teringat 20 tahun lalu, bahwa konsep Semua Orang Adalah Guru dan Semua Tempat Adalah Sekolah menjadi petikan pas untuk kurikulum merdeka.Konsep ini banyak diterapkan organisasi non pemerintah yang bekerja dalam bidang pemberdayaan masyarakat terhadap masyarakat miskin kota, petani, pekerja dan perempuan.

Berbagai organisasi ini memberikan pendidikan dengan metode partisipatif. Model pendidikan orang dewasa dengan meyakini bahwa semua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan masing-masing. Dalam konsep pendidikan orang dewasa yang mereka terapkan, guru hanyalah sebagai fasilitator. Memfasilitasi semua peserta didik untuk berbagi pengalaman masing-masing sebagai bahan contoh bagi peserta lain. Peserta didik juga merumuskan berbagai kebutuhan mereka secara bersama-sama sesuai dengan  lokasi, waktu dan situasi setempat. 

Tidak ada pembelajaran yang digeneralisasi. Sistim pendidikan yang dibangun membuat semua peserta didik berbahagia untuk mengikuti semua proses pembelajaran. Saat peserta training sudah mengantuk, kita membuat ice breaking (pemecah kebekuan). Biasanya proses pembelajaran berlangsung serius tapi santai. Suasana kelas dibuat serileks mungkin. Model ceramah dihindari karena peserta akan bosan dan tidak sanggup menyerap berbagai ceramah satu arah.

Model pembelajaran merdeka sebagaimana konsep yang dikenalkan oleh Ornop (Organisasi Non Pemerintah) 20 tahun lalu mendidik orang agar kritis analitis. Tidak serta merta menerima semua pengetahuan tanpa ada analisisnya.  Setiap pengetahuan yang diterima tidak bisa serta merta diterima  begitu saja. Sumber pengetahuan bisa dari mana saja, tetapi isi, makna tujuan harus dikritisi apakah untuk memajukan, membodohi atau untuk kepentingan elit semata. Model-model merdeka belajar terlihat dari cara berpikir peserta didik menghasilkan para innovator, kreator, pemikir besar, politikus ulung, para penyair hebat, para birokrat yang reformis. 

Berbeda dengan model pendidikan berbasis kurikulum lama, merdeka belajar diisi oleh suasana kelas yang dipenuhi tanya jawab, argumentasi, dan membangun analitis yang kuat. Dalam kelas yang belum merdeka akan terlihat siswa atau mahasiswa pasif. Peserta didik tertekan oleh beban pelajaran dalam bentuk SKS, Bidang studi, mata pelajaran, tugas akademik yang tidak menarik. Peserta hanya dibekali teori besar yang tidak dikombinasikan dalam praksis kerja di lapangan. 

Situasi akademik masih kaku, senior dan junior, guru besar, dosen biasa, guru honor,pegawai tetap, semua istilah ini masih membuat kelas-kelas dalam sistim pendidikan. Tapi dalam model pembelajaran merdeka, prinsip kesetaraan menjawab kebutuhan pendidikan yang sebenarnya. RUang ini membuka setiap elemen bangsa saling terkait satu dengan yang lain. Perguruan tinggi berkolaborasi dengan Ornop, Perusahaan dan berbagai komunitas kreatif untuk menciptakan pendidikan yang memerdekakan.

Komunitas Masyarakat Sebagai Penggerak Bagi Kemajuan Pendidikan

Menggerakkan komunitas belajar baik guru, pemerhati pendidikan dan orangtua sangat efektif dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Selama ini pandangan miring akan berbagai komunitas yang tumbuh seperti Ornop adalah kekuatan besar bersama pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dalam memformulasikan pendidikan sesuai kebutuhan Indonesia. Contoh model pendidikan Butet Manurung dengan Sokola Rimba bisa menjadi transformasi kombinasi atas pendidikan Indonesia yang memang masih beragam dan memiliki corak berbeda.

Penyeragaman pendidikan selama ini membuat manusia menjadi terkerangkeng dan hanya bisa menjadi followers tetapi tidak jadi influencer. Hanya pengetahuan copy paste,  imitasi dan kurang mendorong keaslian suatu daerah dengan berbagai kekayaan ilmu pengetahuannya.

Ribuan komunitas yang bahu membahu  membangun sistim pendidikan merdeka dari Aceh sampai Papua adalah asset bangsa yang harus dihargai. Bukan malah mencapnya melakukan pendidikan tidak benar.

Berbagai komunitas dan organisasi berbasis issu, wilayah, kepentingan banyak tumbuh untuk memberikan pendidikan alternatif (bagi sebagian orang ) pendidikan non formal sesuai dengan kebutuhan warga menjadi pilar penting yang selayaknya berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan. Belajar tidak harus di gedung, berbagai sekolah alam juga sebaiknya sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah. Sekolah-sekolah lingkungan, sekolah perempuan, sekolah warga rentan menjadi sekolah terbaik yang memerdekakan manusia. 

Komunitas ini belajar di ladang, di sawah, di hutan, di tepi jembatan atau juga ada yang belajar di atas pohon. Guru bisa darimana saja, tokoh adat, tokoh agama, anak-anak, ibu rumah tangga yang berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Lihatlah misalnya sebuah Ornop yang bergerak di issu perempuan, siswa tidak harus anak-anak. Perempuan miskin juga bisa menjadi peserta didik. Belajar di rumah warga menggunakan bahan ajar  yang ada seperti daun, batu, pasir. Tidak harus alat modern berupa pensil dan kertas. 

Di sisi lain, pembelajaran yang dilakukan oleh salah satu organisasi bergerak di Hak Asasi Manusia (HAM). Belajar tentang HAM tidak harus teori melulu. Bisa berbagi cerita dengan korban pelanggaran HAM.Menuliskan kisah mereka dengan lisan. Bahkan melatih para korban untuk berbicara di mimbar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Belajar tentang kesetaraan perempuan juga dilakukan oleh Ornop yang bergerak dalam keadilan gender dengan belajar bersama seraya membawa anak-anak mereka ke kelas belajar. Suasana kelas riuh, anak-anak yang ribut dan bagaimana membujuk anak-anak itu adalah bagian pembelajaran. 

Sebagaimana Ornop sudah melakukan model pendidikan yang membebaskan 2o tahun lalu. Merdeka Belajar identik dengan Pendidikan yang  membebaskan (Kata Paulo Freire, seorang Filsuf besar dunia). Pendidikan kiranya membuat semua orang bahagia dengan cita-citanya. Bisa hidup makmur dan bangga atas pekerjaan yang dimilikinya. Tidak ada yang menjadi hina atas apa yang dilakoninya sebagai bagian dari belajar selama hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun