Suka tidak suka, mau tidak mau, alam akan memberikan siklus hidup yang tidak biasa bagi kita. Kenyamanan kita akan selalu terganggu oleh cuaca ekstrim, badai, puting beliung, banjir, petir menggelar, longsor dan bencana lain. Hujan berkepanjangan, terik berbulan-bulan, dan semua akan berdampak pada ketersediaan air bersih, kesehatan, sakit penyakit, hubungan keluarga bahkan mungkin kerusakan pada lingkungan dan tubuh kita.Â
Semua aspek ini terkait erat dengan air, tetesan air, volume air, yang jika berlebih akan menjadi masalah. Lingkungan sampah, bangunan semen, tata lingkungan asal jadi akan berakibat adanya gangguan pada kehidupan kita. Banjir dengan volume air besar, hujan terus menerus memaksa kita melakukan pertahanan, adaptasi, RESILENCE. Karenanya sebagai warga perlu belajar mengidnetifikasi upaya-upaya adaptasi atas sittuasi ini..Â
Misalnya saat hujan deras, tidak mengumpat-umpat, marah-marah pada hujan. Tetapi apa mitigasi kita terhadap hujan berkepanjangan: Beberapa upaya Ketahanan, Resilence, Adaptasi menjadi sebuah gaya hidup baru dan budaya baru dari yang paling sederhana sampai terkecil:
* Sediakan payung, jas hujan sebelum hujan datang. Tetesan air tetap jadi sahabat, menjadi tidak basah adalah bagian dari resilience, tanggap dan mitigasi. Upaya ini membuat aktifitas tidak terganggu.
*. Konsumsi lebih banyak air menjadi budaya dan alarm hidup kita. bagiku setiap langkah kaki adalah sebuah alarm untuk  mereguk air putih setiap hari. Tentu untuk kesehatan, menjaga stamina. Minum dari gelas berulang pakai. jangan kebanyakan minum soft drink yang dikemas dari berbagai wadah tak ramah. Filosofi segelas air, menikmati tetesan serasa surga  harus menjadi bagian dari hidup. Jangan menunggu segelas air seharga 1 juta baru kau rasakan nikmat tetesan air.
Berbagai foto aktivitas menjaga air bersembunyi dalam tanah dengan aman dan tenteram.
Dasar hidup komunal harus mulai dilakoni lagi saat ini. Memiliki sumur bersama, menjaga sumber air sungai dimanfaatkan bersama-sama, menggali sumber air untuk pemakaian sehari-hari sebaiknya mulai digalakkan.
Praktek ini beberapa rumah tangga sudah jalankan di beberapa kompleks perumahan. Tentu terkait dengan efisiensi, kehematan, pemanfaatann yang baik. 20 tahun lalu, prinsip ini dipegang teguh di desa saya. Sebagai anak perempuan yang bertanggungjawab atas ketersediaan air bersih di rumah. kami harus mengambil air dari sumur umum di dekat hutan untuk kebutuhan minum. Sebuah sumur dengan mata air yang berlimpah. TErsembunyi diantara keteduhan hutan kecil dan ladang-ladang masyarakat. Setiap orang kesana untuk mengambil secukupnya.
Aturan tidak tertulis dijalani dan dipatuhi untuk setiap masyarakat desa. Di era platinium saat ini, sangat penting menghidupkan pola hidup kepemilikan air secara bersama. Kepemilikan bersama membuat setiap orang :
1. Menggunakan sesuai kebutuhan