Mungkin suatu hari nanti, di pagi yang sepi, lelakimu cemas memandang tubuhmu yang lelah karena mesin suci sedang berulah. Ia gegas mengganti, dari manual menjadi digital
Mungkin suatu hari nanti, di malam yang masih ramai, engkau sedang memilih-milih baju dan mengambilnya satu pada sebuah mall, lalu lelakimu menambahkan menjadi tiga, "Ambillah, belum tentu corak dan warna yang seperti ini selalu tersedia"
Mungkin suatu hari nanti, saat kau mulai jenuh sendirian, ia membawamu ke tempat-tempat yang baru, yang diberitakan berulang-ulang di media sosial
Tapi, ketika sedang berada di meja makan, hanya mengambil sebuah sendok sendirian ke belakang, ia terlihat enggan. Untuk sekadar menuangkan kopi dan gula dengan air yang telah kau sediakan, ia sungkan. Hanya belanja penyedap di warung tetangga untuk menggenapkan bumbu masakanmu yang kurang, ia gengsian
Lalu kau merindu pada Ayah dan Ibumu yang dulu saling menggenapkan, hingga tak tahu kau membedakan siapa diantara mereka yang laki-laki dan siapa diantara mereka yang perempuan, selain saling meringankan dan mengandalkan
Air Tawar, Padang, 6 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H