Saya takpernah bertemu langsung dengan Kompasianer yang bernama Ayah Tuah (walau sebenarnya teramat ingin). Namun melalui profilnya di Kompasiana, terlihat Ayah Tuah ini belum terlalu tua, tapi untuk dibilang muda rasanya sudah terlambat juga, hehe..., Maafkan aku Ayah...
Ayah Tuah spesialis penulis fiksi, tepatnya cerpen dan puisi. Saya merasa beruntung setiap kali ia menerbitkan artikel, karena lezat sekali dibaca, isinya daging semua
Kembali ke judul, "Menduga-duga Bagaimana Ayah Tuah Membuat Puisi". Ini hanya dugaan saya sebagai pembaca setia tulisan Ayah Tuah
Pertama, Ayah Tuah (selanjutnya saya singkat saja Ayah) bukan tipikal penulis yang kejar tayang. Istilah one day one article , tak berlaku bagi Ayah. Dugaan saya, Ayah menulis sesuai suasana hati, artinya bila ada ide, nulis.Â
Saat lagi malas, berhenti dulu. Persis seperti Ebiet G Ade, bikin lagu, tak pernah dikejar target. Kadang menunggu seminggu, baru terbit satu artikel, tapi pas lagi mood, malah jarak waktu sehari, terbit lagi artikel baru, aneh ya...
Hari ini Ayah mungkin menulis sebaris saja, lalu besok ditambah lagi. Hari selanjutnya saat benar-benar mood, Ayah ngegas, mengumpulkan tulisan-tulisan yang masih terserak, baca lagi, perbaiki, ulangi kalimatnya secara utuh, buang kalimat yang dirasa mubazir, tambahin kalimat baru untuk melengkapi, hingga menjadi puisi yang utuh
Kedua, saat puisi sudah jadi, Ayah tak akan memposting langsung, tapi diendapkan dulu. Dibaca lagi, diulangi kembali, bisa-bisa judul yang diperbaiki atau dirubah sama sekali
Dititik inilah letak kekuatan puisi Ayah. Ia sangat memperhatikan puisi itu dengan detail sekali, bagaimana puisi itu berayun, enak dibaca, menarik pilihan katanya, tanpa mengabaikan rimanya
Ketiga, merupakan tahap akhir, dimana Ayah benar-benar siap memposting puisi yang sudah jadi, hingga bisa langsung dibaca. Dijamin setiap puisi-puisi yang ditulis Ayah Tuah, saya pastikan pilihan, sekali lagi pilihan (hehe..,ya iyalah, Ayah Tuah kan sudah centang biru). Tapi kalau sesuai selera admin berubah jadi Artikel Utama
Ah, saya kok sok tahu ya, bagaimana cara-cara Ayah buat puisi. Namanya juga menduga-duga, jadi ya.., nggak apa-apa salah, betul, kan?
Air Tawar, Padang, Â 27 September 2021