Jika dulu Ibu mengikuti kata-kata tetangga, mungkin aku takkan diizinkan melangkah ke kota. Mereka bilang aku nekad. Tapi, kata Ibu tidak, aku hanya punya tekad
Aku gugup melihat kota, seperti neraka. Ada yang pergi pagi, pulang entah kapan lagi, tetangga yang tiada mengenal tetangganya, anak-anak yang kesepian, pengemis yang bau amis, pencopet yang suka memepet, pengamen yang bawa kantong permen, jalan raya yang bising, riuh, takada jeda, hingga aku hampir mengalah dan balik arah. Tapi kata Ibu, jangan menyerah, Â kamu harus membuat sejarah
Sementara aku belajar mengikuti irama kota, Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba tiba diperlukan nantinya.
Namun, waktu yang terus berjalan, membentukku paham, menafsirkan kota yang dulunya neraka, berharap suatu hari nanti, menjadikannya surga
Jika Ibu dulu tidak memaksaku pergi, mungkin aku memandangi diri, menjadi lelaki kampung yang hanya memunggungi matahari dari pagi, hingga kini
Air Tawar, Padang, 22 September 2021
---
*"Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba-tiba diperlukan nantinya," diambil dari penggalan puisi Ayah Tuah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H