Sirajuddin Abdul Wahab
Sekretaris Jenderal DPP KNPI
Ketua Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Berqurban merupakan refleksi kembali sejarah hidup Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. kisah hidupnya merupakan bagian dari bentukan syariat Islam, dan sangat penting menjadi pedoman hidup bagi umat manusia, Allah-pun melukiskan kisahnya dalam satu surat yang utuh dalam Al-Qur'an yaitu surah Ibrahim. sehingga penting bagi kita umat Islam saat ini, bertepatan dngan momentum sakral perayaan idul ad'ha, untuk menghayati dan menginternalisasikan keutamaan-keutamaan dan keteladanan kehidupan Nabi Ibrahim kedalam kehidupan Berbangsa, Bernegara, Berindonesia, Hidup antar umat Beragama, menjalani pemerintahan, menciptkan pembangunan dan juga dalam Berorganisasi serta segala hal lainnya dalam aktifitas kita.
Berpegang teguh kebenaran saat ini hanyalah slogan politik semata, yang benar hanyalah yang dapat memberikan kenikmatan, selain itu semua tidak benar. Demikianlah sifat-sifat dan perilaku sosial sebagian besar manusia saat ini. Padahal, kebenaran merupakan pegangan hidup, pedoman perjuangan, dan dasar pengambilang keputusan yang hakiki adalah kitab Allah (Al-Qur'an) dan apa yang dicontohkan para Nabi Allah.
Sebagai bentuk refleksi dan penginternalisasian atas sifat dan keteladanan tersebut, apakah kita umat Islam saat ini juga melakukan hal sama seperti yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim yaitu menyembelih anaknya? saya kira tidak, karena itulah Allah mnggantikannya dengan domba. Hal ini sebgai sebuah simbolitas, agar kita bisa mengambil pelajaran di dalamnya: Pertama, Qurban merupakan pengujian cinta dan pengujian Iman, tentang seberapa besar kecintaan dan keimanan kita pada Allah dengan kecintaan kita pada harta, kehormatan, dan jabtan yang kita punyai di dunia ini. Beranikah kita mengurbankan sebagian harta dn apa yang kita punya kejalan Allah dan untuk memuliakan Agama-Nya. Berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk bersenang-senang dibanding untuk bersedeqoh. Di sinilah poin yang perlu direnungkan secara khusuk kedalam diri kita masing-masing.
Kedua, Qurban itu merupakan proses hijrah diri, yaitu perubahan hidup dari yang cinta dunia ke cinta akhirat, dari yang cinta jabatan, harta dan kehormatan ke cinta kebenaran dan kimanan. Dari sifat-sifat jahat ke perilaku yang baik, dari niat dn pikiran jahat (korupsi,d narkoba dan konflik) diganti menjadi niat dan pikiran yang baik dan solutif. Hijrah ini dimulai saat proses sembelih qurban itu terjadi, sebagai simbol penyerahan diri dan amal ibadah kepada Allah.
Ketiga, Qurban merupakan proses langkah maju menjadi lebih baik. Dimana penyembelihan hewan qurban sebagai simbol kita menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita, menyembelih mental inlanders atau mental budak dalam diri kita, mental yang terkadang di pertontonkan oleh pemerintah dan sebagian besar anak-anak muda Indoesia: mental yang membuat kita tidak percaya diri sebagai bangsa hebat, mental yang membuat kita merasa rendah, merasa di bawah negara lain, padahal kita bangsa besar, bangsa besar, negara kuat, pemuda-pemuda yang jauh lebh hebat dari bangsa manapun. Kita menyembelih perilaku korup dalam diri kita dan menjadikan pribadi yang jujur dan amanah. menyembelih kebiasaan buruk seperti narkoba, minuman alkohol lainnya, karena kebiasaan ini dapat merusak generasi, merusakan kualitas anak muda, merusak kehebtan kita sebgai bangsa yang hebat dan merusak kemajuan dan pembangunan perdaban nusantara kita. menyembelih rasa malas kebodohan dalam diri kita, serta semua hal yang menghalangi kemajuan, kebaikan, perubahan, perdamaian, kerukunan, kesatuan dan prestasi kita bersama.
Keempat, Qurban merupakan keteladan diri. Kisah Nabi Ibrahim tidak sebatas sebgai sebuah pedoman secara normatif tetapi hrus diteladani oleh semua orang. Tentang kekuatan kesabran yang dimilikinya, ketulusan dan keikhlasannya, kekuatan keimanannya pada Allah, kecintaannya pada Tuhan, kejujuran pada anaknya, kebaikannya pada orang-orang yang tidak mampu, ketauhidannya yang kuat dan kokoh, kesabarannya dalam menjalani segala ujian dn cobaan berat yang diberikan Allah dalam hidupnya. Keteladan tersebut harus termanifestasi dalam kepribadian setiap orang, sehingga setiap perilaku kita merupakan perilaku Ibrahim, setiap sifat kita merupakan sifat Ibrahim, karena itulah hakikat qurban dalam konteks kehidupan saat ini: yaitu meneladani Nabi Ibrahim untuk kemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H