Kebijakan politik anggaran yang kini berada di tangan pemerintah daerah (DPRD bersama kepala daerah), merupakan berkah tersembunyi (blessing in disguise) dari krisis ekonomi yang gagal ditangani pemerintahan orde baru. Desentralisasi fiskal yang kini memberikan keleluasaan bagi daerah (DPRD & Kepala Daerah) menciptakan berbagai bentuk kebijakan politik anggaran yang lebih berpihak seluas-luasnya untuk kesejahteraan rakyat.
Kegagalan kepemimpinan orde baru pada akhir kekuasaannya dalam menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1998 memberikan dampak negatif dan sekaligus dampak positif.
Di satu sisi, krisis tersebut telah membawa dampak yang luar biasa pada kehidupan ekonomi. Namun di sisi lain, krisis tersebut dapat juga memberi berkah bagi kehidupan demokrasi dan politik Indonesia, termasuk berkah positif untuk peningkatan partisipasi daerah.
Berkah tersembunyi tersebut juga bermakna penting bagi pengambil keputusan anggaran pemerintah di daerah baik eksekutif maupun  legislatif, karena memiliki kewenangan untuk menciptakan berbagai kebijakan politik anggaran.
   Â
Krisis ekonomi sekaligus krisis politik di Tahun 1998 yang mengakhiri kekuasaan orde baru, menghadirkan super hero Pahlawan Besar Presiden BJ. Habibi, yang justru berasal dari internal kekuasaan orde baru itu sendiri.
   Â
Hanya dalam 17 bulan kekuasaannya,  mampu mencipatakan perbaikan pertumbuhan ekonomi. Dengan Good-will  (keinginan baik) yang dipertontonkan presiden BJ. Habibi, sehingga tidak butuh satu atau 2 periode kekuasaan presiden, cukup 17 bulan, dengan kebijakan politik anggaran yang tepat, persoalan besar bangsa ini dapat ditanggulangi.
Bahkan dari sisi politik, kran begitu luas terbuka lebar, otonomi luas diberikan ke daerah, karena harus diakui bahwa Orde Baru menggali kuburannya sendiri dengan pemerintahan yang terlalu sentralistik. Negara menjadi terlalu besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kecil, tetapi terlalu kecil untuk dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi masyarakat.
Sungguh memang teramat disayangkan, super hero yang luar biasa itu hadir disaat politik balas dendam sedang berlangsung, pahlawan reformasi itu bahkan tidak punya kesempatan untuk dipilih kembali, bahkan partainya yaitu Partai Golkar dianggap musuh bersama yang bahkan di kampanyekan untuk dibubarkan.
Beruntung Indonesia masih dilindungi dari nafsu balas dendam, Partai Golkar tetap bertahan untuk terus mengawal Indonesia Sejahtera, dan setelah satu periode kepemimpinan era reformasi, Partai Golkar kembali dipercaya rakyat menjadi Partai Terbesar