Mohon tunggu...
Matthew Sirait
Matthew Sirait Mohon Tunggu... Lainnya - Cendekiawan

Mencari kebenaran pada setiap waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjadi Pribadi yang Lebih Baik dari Waktu ke Waktu

21 Januari 2021   18:30 Diperbarui: 21 Januari 2021   18:34 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjadi Pribadi yang Lebih Baik dari Waktu ke Waktu

Pada hari ini, saya telah mendapatkan sesuatu yang sangat berkesan dari buku Become a Better You, karya Joel Oesteen, seorang gembala di salah satu gereja terbesar di Amerika Serikat. Walaupun saya baru membaca 20 halaman pertama, saya tidak menduga bahwa isinya akan seperti itu karena ini adalah kali pertama saya membaca buku tentang motivasi.

Dari buku tersebut, saya belajar bahwa orang beriman adalah orang yang terus maju. Lantas saya kaget karena biasanya orang didoktrin untuk selalu bersyukur dan tidak tamak. Buku ini mengatakan bahwa Tuhan adalah pribadi yang progresif. Karya dan perbuatanNya akan terus berkembang dari waktu ke waktu. PerbuatanNya di masa lalu memang sungguh amat baik, akan tetapi tidak lebih baik daripada hari ini dan hari-hari ke depan.

Lalu, apa kaitannya dengan orang beriman?

Orang yang beriman adalah orang yang percaya akan kehadiran Tuhan dan mengikuti setiap tindakan serta teladanNya. Manusia yang beriman adalah manusia yang mengikuti setiap teladan Tuhan. Oleh karena itu, manusia yang beriman harus selalu bertumbuh dan berkembang setiap waktunya, khususnya dalam impian dan harapan karena Tuhan telah memberikan kepada kita potensi kepada setiap orang untuk ditimba.

Mengapa hal ini harus digaungkan kembali?

Kebanyakan orang sudah merasa bahwa dirinya sudah baik. Mereka menjadi enggan untuk menaiki tingkat yang lebih tinggi. Hal ini biasanya disebabkan oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah karena orang tersebut memiliki lingkungan di mana ia merasa nyaman. Faktor yang kedua adalah karena orang tersebut sedang memiliki kekecewaan di masa lalu, entah karena ditolak, perkataan menyakitkan, pengambilan keputusan yang salah, dan lain-lain. Buku ini menyarankan agar kita tetap menatap ke depan, tidak ke bawah dan tidak ke belakang. Sama seperti seseorang yang ahli berjalan di atas tali. Selain latihan, melihat ke depan adalah salah satu kunci. Melihat ke bawah akan menimbulkan rasa takut sehingga memicu otak orang tersebut untuk jatuh. Sama seperti kita, melihat ke belakang akan membuat kita merasa bersalah atau merasa berpuas diri. Oleh karena itu, berbanggalah karena memiliki Tuhan yang Mahakuasa, yang mampu mengubah segala sesuatu dalam hidup Anda. Sekian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun