Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lari dari Jodoh: Penyebab Jomblo, Lambat Nikah?

22 November 2016   08:36 Diperbarui: 22 November 2016   09:52 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: blogspot. Sekitar Kita

Tokoh sufi dan humoris, Nasrudin bersama teman-temannya duduk santai di kedai, sambil serius “kombur/berdiskusi” mengenai cinta.

Seorang kawannya, bertanya kepada Nasrudin kenapa ia belum menikah? Nasrudin menjawab, bertahun-tahun sudah ia mencari jodoh dan pasangan hidupnya yang sempurna. Misalnya, di Damaskus, Nasrudin bertemu gadis sangat cantik dan anggun tapi kurang taat. Di kota lain, Nasrudin menemukan wanita yang taat dan alim, tapi kurang cantik dan komunikasi mereka tidak pernah cocok. Nah, di Kairo, barulah Nasrudin berjumpa dengan wanita ideal, cantik, anggun, taat, alim, dermawan, terbuka, dan sempurna dalam segala hal. Namun, sayangnya, ia menolak lamaranku, ujar Nasrudin. Karena si perempuan ini pun sedang mencari pria idamannya, yang pasti bukan saya, ungkap Nasrudin.

Kisah bijak yang dituturkan Nasrudin itu, mengajarkan kepada kita betapa perlunya menghargai keunikan orang lain. Saat kita menuntut bahkan memaksa orang lain senormal kita. Sebetulnya, itu bukanlah lagi cinta, melainkan bisa jadi intimidasi untuk mengendalikan orang lain secara berlebihan.

Oleh karena itu, tipe semacam itu membuat kita sulit mendapati jodoh pernikahan yang sah. Karena setiap orang, tentu saja memiliki sisi yang unik dan mandiri, serta keinginan-keinginan yang dibawa masing-masing.

Lari dari Jodoh

Seorang pria, temanku, yang berusia hampir 40 tahun belum nikah bercerita ketika kutanya, kenapa Abang belum nikah? Mirip kisah Nasrudin, dia menjawab: Kalau aku mau si wanita itu, ia tidak mau. Tapi, kalau ada wanita yang mau samaku, aku tidak mau. Sambil kami terbahak, aku menimpali. Kalau begitu Bang, itu sepertinya “keinginan yang bertolak belakang?” Itulah, dia masalahnya.

Kenapa tidak Abang tukar prinsipnya biar lebih ringkas dan pendek: Ia mau, aku mau. Bukan, aku mau, ia tidak mau. Ia mau aku tidak mau? Iya, ya, sambil kami gelak tawa lagi…hahaha

Saya rasa, bukan si Abang itu saja yang berpandangan demikian, saya pun hampir merasa berpersepsi demikian. Namun, untunglah saya tawakal kepada Tuhan.

Sebab, beberapa di antara kita yang “telat” menikah berdalih secara teologis dan takdir. Seakan jodohnya belum hadir? Padahal, sudah banyak orang lain datang menyapa dan berupaya menjalin hubungan menuju jenjang pernikahan yang sah. Namun, kitalah yang memilah dan memilih-milih. Sampai akhirnya, kadang bingung memutuskan pilihan. Dan akhirnya, jodoh berlarian, seakan sudah tertutup buat kita. Minimal, sekali dalam seumur hidup, kita diajak orang untuk menikah secara sah.

Jadi, kalau kita belum menikah dengan umur tua begini, mohon jangan salahkan lagi Tuhan, karena Tuhan sudah memberikan jalan jodoh kepada kita. Kita saja yang lari dari jodoh, maka sampai sekarang biarpun sudah menua, criteria kita tentang perjodohan pun sangat-sangat ideal, untuk tidak menyebutnya “berlebihan?”

Tak percaya, silakan lihat biro jodoh, bagaimana setiap orang mengidealisasi calon idamannya secara sempurna. Tanpa insaf diri, kadang?

Tentu manusiawi kalau kita berharap ideal, sah-sah saja. Yang perlu, jangan sampai lari dari jodoh?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun